Demi Masa Depan, 2024 Jangan Diabaikan

Ilustrasi Pemilu 2024. (Foto:Dok/istimewa/net)

Penulis: Okta Alamsyah/Mahasiswa STISIPOL Raja Haji

Para politikus partai dan pengamat tampaknya bersemangat dalam menyajikan jamuan mereka di hadapan masyarakat.

Bahkan para tamu undangan berpesta riang gembira, menyantap hidangan yang disajikan. Sementara aku, duduk termenung di pojok ruangan.

Bagiku ini bukan pesta melainkan siksa. Tak ada satupun hidangan yang menarik perhatianku. Aku terlanjur kecewa, dengan cara mereka menghidangkan sajian ini.

Sampai-sampai tidak sudi untuk sekedar mencicipinya. Aku lupa, bahwa lima tahun ke depan, suka atau tidak tetapi salah satu dari mereka akan menentukan apa yang aku makan setiap paginya di kemudian hari. Bodohnya aku.

Negara Indonesia merupakan negara Demokrasi yang menganut sistem pemerintahan presidensial, yang mana sebagai salah satu sistem dari sistem pemerintahan, yang kekuasaan utamanya berada di tangan seorang presiden dari lembaga eksekutif yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum (pemilu).

Sistem presidensial ini juga membagi kekuasaan secara terpisah yaitu di sebut dengan Tiras Politika yang mana kekuasaan di pisah menjadi tiga terdiri dari, Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif masing-masing lembaga ini mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda.

Secara umum, pemilu bentuk perwujudan atas kedaulatan rakyat dan demokrasi dimana sebagai penentu wakil-wakil rakyat yang nantinya akan duduk di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang juga memilih presiden dan wakil presiden termasuk memilih pemimpin yang akan memimpin pemerintahan.

Di tahun 2024 mendatang ini merupakan tahun politik bagi Indonesia sendiri yang akan melaksanakan perhelatan politik yang besar, pemilu nasional tahun ini diadakan serentak untuk memilih Presiden, DPR, DPD, DPRD, dan juga Pilkada serentak.

Pemilu serentak ini akan menjadi ujian yang sesungguhnya bagi bangsa dan seluruh elemen masyarakat Indonesia, yang terlibat dalam proses menjalankan demokrasi di negara nya sendiri.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita dianjurkan dengan sangat dan untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas politik apalagi pemilu.

Walapun hanya sekadar memberikan hak suara, kepada calon yang dirasa paling sesuai. Sayangnya tidak semua dari kita sebagai rakyat, memahami akan hal ini dengan koherensi yang baik.

Sebagian besar orang masih menganggap rutinitas mereka jauh lebih penting, bila dibanding memikirkan hal rumit seperti lika-liku politik. Padahal nyatanya, kehidupan pribadi setiap masyarakat sangat bergantung kepada pemerintahan.

Nantinya, caleg yang akan duduk di DPR adalah peraih suara terbanyak. Alangkah bijaknya, apabila segenap masyarakat berperan aktif mengikuti dan turut mengawasi pelaksanaan pemilu.

Karena segala hal terkait pemilu dan politik, ini bukan hanya tentang seorang individu atau kelompok tertentu. Bukan hanya untuk kepentingan suku, golongan, atau agama tertentu.

Semua ini adalah tentang kita semua, segenap masyarakat Indonesia, dan yakinlah bahwa hal sederhana yang saat ini kita anggap sepele, namun berdampak besar terhadap kehidupan di masa depan.

Oleh sebab itulah, alangkah bijaknya jika mulai saat ini kita sebagai warga negara yang baik mulai memperhatikan permasalahan politik.

Terlebih lagi pada pemilu serentak nanti dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Slogan itulah yang mesti kita ingat dan menjadikannya sebagai penyemangat.

Mari singkirkan egoisme sesaat, demi Indonesia yang lebih bermartabat. Saya jadi teringat dengan pesan dari salah seorang tokoh aktivis Soe Hok Gie yang mengatakan, ‘Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah’.

Editor: Adly Hanani