IndexU-TV

Fakta Misi Sulit Israel Menangkan Perang Lawan Hamas

Warga Palestina berdiri di atas tank Merkava milik pasukan pertahanan Israel yang dilumpuhkan pasukan Brigade Al Qassam sayap bersenjata Hamas, Ahad (08/10/2023). (Foto:Doc/Twitter)
Pasukan Brigade Al Qassam di dalam terowongan saat berperang melawan Israel. (Foto:Doc/Thesun)

Asumsi tentara Israel terbongkar pada pekan pertama perang, ketika Hamas tetap teguh melawan serangan gencar Angkatan Udara Israel (IAF).

Pasukan Israel pun terpaksa mengerahkan pasukan darat, dengan tujuan menghancurkan jaringan terowongan Hamas. Namun gagal mencapai tujuan tersebut, dan akhirnya menerima gencatan senjata terbuka.

Tentara Israel telah mengatasi beberapa masalah ini, karena mereka telah berinvestasi besar-besaran pada kendaraan lapis baja dan memperoleh lebih banyak pengalaman dalam membongkar infrastruktur terowongan Hamas.

Namun tetap saja kesulitan struktural dalam pertempuran perkotaan di Gaza menunjukkan adanya perang yang berkepanjangan.

3. Terjebak dengan pesona dan Kharisma Netanyahu

Komentar Netanyahu yang menggambarkan perang Gaza sebagai “perang kemerdekaan kedua” bagi Israel dan penolakannya untuk mengesampingkan perang yang berlangsung lebih dari satu tahun melawan Hamas menggarisbawahi kenyataan pahit ini.

Serangan Sabtu 7 Oktober lalu, menghancurkan citra Netanyahu sebagai penjaga keamanan Israel yang efektif. Jajak pendapat Maariv pada 20 Oktober 2023 mengungkapkan, bahwa 80 persen warga Israel dan 69 persen pendukung Partai Likud percaya bahwa Netanyahu harus mengambil tanggung jawab pribadi atas serangan Hamas.

Jajak pendapat juga menunjukkan, Netanyahu menghadapi perjuangan berat untuk memenangkan pemilu kembali setelah perang Gaza berakhir.

Jajak pendapat Maariv pada 15-16 November memberikan dukungan kepada aliansi Persatuan Nasional pimpinan Benny Gantz sebesar 42 persen dibandingkan dengan 17 persen untuk Partai Likud pimpinan Netanyahu.

“Selain jatuhnya popularitas Netanyahu, perang Gaza juga memberikan pukulan serius terhadap warisan kebijakan luar negeri. Pernyataan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman bahwa masyarakat internasional harus menghentikan penjualan senjata ke Israel menggarisbawahi semakin berkurangnya prospek perjanjian normalisasi Israel-Arab Saudi,” kata Ramani.

Mobilisasi militer Yordania di perbatasan Israel menunjukkan, bahwa terobosan diplomatik yang telah lama dilakukan pun berada dalam bahaya.

Terlebih lagi, pesona Netanyahu yang telah bertahan selama satu dekade terhadap Rusia dan China telah terurai karena kedua negara tersebut secara tegas mengambil sikap pro-Palestina.

4. Kehancuran perekonomian Israel karena perang

Lantaran adanya hambatan negatif dan tekanan terhadap perekonomian Israel, Netanyahu dapat menghadapi tekanan untuk mengundurkan diri sebelum perang Gaza selesai.

Pada Kamis 16 November 2023, Pemimpin Oposisi Israel, Yair Lapid menyerukan mosi tidak percaya terhadap Netanyahu dan menyatakan ‘Netanyahu harus segera pergi’.

“Kami membutuhkan perubahan. Netanyahu tidak bisa tetap menjadi Perdana Menteri. Lapid kemungkinan besar tidak akan mencapai tujuan ini. Karena Likud tidak bersedia mempertimbangkan perubahan kepemimpinan di masa perang, namun hal ini mencerminkan pandangan politik Netanyahu yang buruk,” ujar Ramani.

Exit mobile version