Generasi Milenial Kepri Perlu Mengenal Arab Melayu

Isep Ilham, mahasiswa STISIPOL Tanjungpinangm Kepri. (Foto:Istimewa)

Oleh : Isep Ilhami, Mahasiswa STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang

Era digitalisasi saat ini, banyak sekali masyarakat Melayu khususnya generasi milenial di Provinsi Kepulauan Riau yang tidak mengetahui penulisan dan bacaan Arab Melayu.

Padahal, sebelum tahun 2000 tulisan dan bacaan Arab Melayu ini menjadi mata pelajaran wajib di bangku sekolah tingkat SD maupun SMP.

Saat penulis masih menduduki sekolah dasar hingga bangku SMP, masih merasakan bagaimana serunya mempelajari penulisan serta membaca bacaan Arab Melayu tersebut.

Dilansir dari laman https://ditsmp.kemendikbud.go.id, dari datangnya bahasa Indonesia. Berdasarkan keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan antara lain menyatakan, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

Dalam sejarahnya, bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya Prasasti di Kedukan Bukit, berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi).

Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuno. Bahasa Melayu Kuno itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M, dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuno.

Bahasa Melayu kemudian masuk ke pelosok nusantara seiring dengan penyebaran agama Islam. Sebab, bahasa Melayu mudah diterima masyarakat karena tidak mengenal tingkat tutur.

Sehingga, bahasa Indonesia mampu berfungsi sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan.

Akan tetapi, dalam perkembangannya, bahasa Melayu yang dipakai di wilayah Nusantara juga dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Ia awalnya banyak menyerap kosakata dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.

Setelah itu, muncul pula beragam variasi dan dialek yang berbeda-beda. Namun, diketahui sekarang ini sudah mulai pudar dan bergeser akibat munculnya budaya kolonial dan budaya barat yang memecahkan budaya nusantara Indonesia.

Pentingkah Mata Pelajaran Arab Melayu diajarkan kembali dibangku sekolah

Di era digital saat ini, generasi milenial Kepri tidak tahu apa itu Arab Melayu, dan bagaimana cara penulisan Arab Melayu. Miris bukan, sebagai daerah Melayu namun generasinya tak mengenal Arab Melayu.

Sadar atau tidak, sekarang ini mata pelajaran tersebut sudah jarang kita dengar atau lihat di sekolah. Sangat disayangkan. penulisan Arab Melayu ini sudah tidak ada lagi. Padahal Arab Melayu ini merupakan aksara utama dalam penyebaran bahasa Melayu di Indonesia.

Sebagai Masyarakat Indonesia dan masyarakat melayu di Kepulauan Riau penting mengetahui dan mengingat kembali tulisan dan bacaan arab Melayu tersebut. Karena asal muasal bahasa Indonesia yaitu dari bahasa Melayu.

Terkhusus untuk Provinsi Riau dan kepulauan Riau, daerah ini dahulu ada mata pelajaran Arab Melayu di bangku sekolah. Namun sekarang, mata pelajaran itu sudah tidak ada lagi atau sudah di hapus dari daftar mata pelajaran. Karena sudah bergantinya kurikulum sekolah.

Hal itu sangat disayangkan, Kepulauan Riau sebagai masyarakat yang mayoritasnya suku Melayu, harus mengingat kembali penulisan dan pembacaan tulisan Arab Melayu, kepada generasi muda supaya tidak lupa dengan sejarah bangsa.

Dari sumber yang dilansir dari Genpi.co pada tahun 2019, Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SMP Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, Zulvaningsih mengatakan, ada alasan mengapa Arab Melayu tidak lagi diajarkan di sekolah.

Ia menuturkan, belum ada dasar hukum agar pelajaran itu masuk dalam muatan lokal. Dari itu ia sangat menyayangkan sekali. Karena Arab Melayu itu merupakan ciri khas dari Kepulauan Riau dan Riau. Cuma dua daerah ini yang mengajarkan Arab Melayu.

Menurutnya, mata pelajaran Arab Melayu penting untuk mempelajari sejarah Melayu. Sebab, banyak hikayat, kisah dan manuskrip yang ditulis menggunakan tulisan Arab Gundul. “Contohnya, sejarah Pulau Penyengat yang ditulis menggunakan huruf tersebut,” katanya.

Anak sekolah sekarang banyak yang tidak tahu dengan penulisan dan bacaan Arab Melayu, mereka (pelajar) sekarang tahu dengan budaya luar. Seperti lagu dan drama Korea, bahkan mereka hafal dan lancar berbicara bahkan bisa menuliskan liriknya didalam tulisan Korea, daripada menulis dan membaca tulisan Arab Melayu.

Jadi, pentingkah mata pelajaran Arab Melayu diterapkan kembali di bangku sekolah atau mungkin dibangku perkuliahan.

Menurut penulis, memang perlu dihadirkan kembali mata pelajaran arab melayu tersebut di bangku sekolah. Karena Arab Melayu merupakan warisan agung sangat berharga yang perlu diselamatkan.

Arab Melayu merupakan warisan agung yang bernilai tinggi. Jika suatu bangsa hilang akan nilainya tersebut, maka bangsa tersebut akan hilang atau bergeser dari asal kulturnya dan bisa jadi bangsa itu akan runtuh.