BATAM – Meroketnya harga santan kelapa hingga pertengahan Januari 2024 mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Kondisi itu mendapat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Batam.
Diketahui, saat kini harga santan kepala di Batam mencapai Rp38 ribu per kilogram (kg).
Kepala DKPP Batam, Mardanis mengatakan, sebenarnya kelapa yang merupakan bahan baku santan tidak termasuk komoditas strategis, sehingga tidak masuk dalam list pengecekan DKPP.
Namun, Mardanis mengaku heran saat mendapatkan informasi kenaikan harga santan tersebut. Menurutnya, sangat jarang biasanya harga santan bisa naik signifikan.
Ia pun menduga, kenaikan harga santan juga pengaruh dari musim hujan. Sehingga petani kelapa tidak bisa panen dan tarif pengiriman dari luar kota yang juga naik.
“Tadi saya juga sudah menghubungi teman-teman yang beraktivitas di distribusi kelapa, ternyata penyebabnya karena tarif angkutannya yang naik. Kelapa kita di Batam dikirim dari Tembilahan menggunakan kapal,” kata Mardanis, Rabu 15 Januari 2025.
Untuk mengatasi kenaikan tersebut, lanjut dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Batam akan segera melakukan operasi pasar.
“Kita kan tidak ada produksi kelapa, sehingga jika harganya naik biasanya akan dilakukan operasi pasar, apalagi menjelang Ramadan ini harga komoditas biasanya naik,” ujar Medanis menjelaskan.
Disamping itu, Mardanis memastikan untuk ketersediaan bahan pokok komoditas strategis seperti beras, gula, dan minyak goreng di Batam tidak menghadapi kendala.
Semua komoditas ini telah memiliki Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah.
Namun, komoditas hortikultura seperti cabai masih menjadi tantangan, baik dari sisi produksi maupun harga.
Mardanis menjelaskan bahwa cabai memiliki beberapa jenis, yaitu cabai rawit, cabai setan, cabai merah, dan cabai hijau. Khusus cabai merah, harga melonjak signifikan di seluruh Indonesia, bahkan mencapai Rp150 ribu per kilogram di Kalimantan.
“Ini disebabkan oleh turunnya produksi akibat hujan yang membuat panen sulit dan distribusi terganggu. Hujan juga meningkatkan penyakit pada tanaman cabai,” ujarnya.
Menurutnya, Batam sendiri tidak memproduksi cabai merah dan hanya menghasilkan cabai hijau dengan kapasitas sekitar 50-100 kilogram per hari dari lahan seluas lima hektare. Sementara itu, kebutuhan harian cabai hijau di Batam mencapai 5-7 ton.
“Jika tidak ada produksi lokal, harga cabai hijau bisa menyamai harga cabai merah. Saat ini saja, harga cabai hijau di tingkat kebun sudah Rp40 ribu per kilogram,” ungkap Mardanis.
Sebagian besar cabai hijau di Batam dipasok dari Medan, Sumatera Barat, Aceh, dan Palembang. Adapun cabai merah didatangkan dari Jawa dan Lombok.
“Hujan yang terus-menerus membuat produksi cabai hijau lokal menurun, sehingga kita masih sangat bergantung pada pasokan luar,” ucapnya menutup wawancara.