Natuna – Terlalu banyak makan yang manis-manis saat hamil berisiko kepada janin. Untuk itu ibu hamil (Bumil) perlu menghindari makanan manis-manis yang berlebihan.
Menurut Bidan Amalia Ikasari apa yang ibu hamil konsumsi akan berpengaruh pada kesehatan Bumil dan janin, bahkan hingga jangka panjang.
Ia menyebutkan konsumsi gula berlebihan selama hamil bisa meningkatkan berbagai risiko seperti obesitas dan komplikasi kehamilan.
“Jika pola makan tidak dijaga akan memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan ibu dan bayi, ” ujar Amalia salah satu Bidan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (13/08).
Amalia menuturkan, anak dari ibu yang obesitas selama hamil berisiko mengalami cacat lahir, sulit dilahirkan karena berukuran besar, menderita asma, dan mengalami gangguan pertumbuhan.
Keinginan makan dan minum yang manis-manis bagi Bumil, kata Amalia, merupakan hal yang wajar. Tapi, harus diatur dengan baik agar kesehatan janin dan ibu terjaga.
“Bumil tidak boleh terlena dan selalu menuruti kemauan ini (konsumsi yang manis-manis) terus-menerus. Wajib mengurangi konsumsi kue-kue dan halangan manis lainnya. Bumil jangan terlena, karena jika itu dilakukan beresiko janin akan besar di dalam rahim.”
“Takaran komsumsi gula bagi ibu hamil 50 gram per hari atau 3 smpai 4 sendok makan per hari masih boleh, ” lanjut Amalia.
Ia menyarankan agar ibu hamil memperhatikan setiap makanan yang dikomsumsinya, untuk menjaga kesehatan dan mendukung tumbuh kembang janin.
“Saya sarankan komsumsi air putih sesuai kebutuhan tubuh, terus makan buah dan sayur agar kesehatan terjaga, jangan lupa minum tablet tambah darah, ” katanya.
Selanjutnya, ia menjelaskan selain pola makanan yang dijaga, mental ibu hamil juga harus diperhatikan, karena mental akan mempengaruhi kesehatan janin dan ibunya.
Amalia menyebutkan ketika perut sudah semakin membesar, ibu hamil akan kesusahan menjalani aktivitas sehari-hari. Ibu hamil sangat membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekat terutama suami.
Ia berpesan masa kehamilan sebaiknya tidak ditanggung oleh ibu saja, tetapi sosok suami juga harus hadir disana. Suami berperan sebagai penolong yang selalu siaga dan memberi dukungan penuh kepada ibu.
“Perubahan emosi terkadang juga agak sulit untuk dipahami, disini suami harus lebih bersabar, para suami harus menahan diri dan tetap berikan perhatian. Jika ada permasalahan, diskusikan dengan baik-baik,” tutupnya. (*)
Pewarta : Muhamad Nurman
Redaktur : Muhammad Bunga Ashab