HNSI Kepri Tolak Kenaikan BBM

nelayan melaut
Ilustrasi, nelayan tradisional saat pergi melaut. (Foto: Muhammad Bunga Ashab)

BATAM – Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Kepulauan Riau (Kepri) tolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.

Wakil Ketua HNSI Kepri, Eko Fitriandi menilai, naiknya harga BBM akan berdapat ke berbagai sektor kehiduapan nelayan. “Biaya oprasional nelayan akan naik. Biaya logistiknya, makannya sehari-hari, biaya hidup dan lain-lain ikut naik,” kata Eko, Rabu (07/09).

Menurutnya, harga pertalite di SPBU saat ini memang di harga Rp10 ribu per liter. Namun, saat sampai di tangan nelayan bisa naik 30 persen. “Kalau sudah ke pulau nambah 30 persen, hampir 13 ribu per liter. Karena di sana ada biaya angkutnya,” kata dia.

Eko juga menilai, dengan naiknya harga BBM, dikhawatirkan daya beli ikan masyarakat akan turun, sebab harga kebutuhan yang ikut naik. “Khawatirnya juga nilai ikan di pasar ikut naik, daya beli masyarakat turun. Ketika ayam, tempe lebih murah, masyarakat tak mau beli ikan,” kata dia.

Hal ini akan menyebabkan ikan nelayan tidak laku dan nelayan akan susah menjualnya di pasar. “Angka kemiskinan bertambah lagi. Jual mahal tak beli orang, jual murah tak nutup modal,” kata dia.

Selain itu, dampak perubahan iklim dalam empat tahun terakhir sangat berdampak pada hasil tangkapan nelayan di seluruh dunia. “Hampir semua mengeluhkan kurangnya hasil tangkap. BBM naik tidak berdampak juga ikan makin banyak bukan? Nangkap ikan sifatnya berburu, untung-untanganan di kasih Allah. Ikan bisa tidak dapat, pengeluaran BBM otomatis beban minyak pasti bertambah,” kata dia.

Eko menilai, nelayan Batam hampir rata-rata saat ini menggu akan pertalite. Dalam sekali keluar menangkap ikan, mereka biasanya menguarlkan BBM 20 liter per. “Keluar nangkap ikan 20 liter, dulu harga Rp150 ribu. Sekarang segitu Rp200 ribu, berarti nambah Rp50 ribu. Ikan pasti dapat? Belum tentu, minyak sudah pasti,” kata dia.

Baca juga: Tolak Kenaikan BBM, Ini Tuntutan HMI Tanjungpinang-Bintan kepada DPRD Kepri