Karyawan Airbus Gelar Aksi Protes Lantaran Banyaknya Pesanan Pesawat Militer Ditolak

Aksi protes karyawan pabrik divisi pertahanan Airbus di Jerman. (Foto:Doc/Savunmasanayist)

JERMAN – Sekitar tiga ribu orang karyawan Airbus Military baru-baru ini menggelar aksi protes di pabrik pesawat Airbus di Manching, Jerman.

Alasan aksi protes tersebut, lantaran rendahnya jumlah pesanan jet tempur Eurofighter Typhoon dan pesawat militer lainnya, yang merupakan bagian bisnis yang sangat penting bagi divisi pertahanan Airbus.

Jika tidak ada pesanan tambahan pesawat tempur Eurofighter Typhoon, nelansir dari maka para pekerja pabrik Airbus di Manching berisiko menganggur mulai tahun 2030.

Lantas dengan kondisi itu, paara pekerja ingin Angkatan Darat Jerman memesan Typhoon juga.

Di sisi lain, pemerintah Jerman menanggapi pesanan dari Arab Saudi dan Turkiye untuk Typhoon. Padahal nilai kontraknya setara dengan 100 unit pesawat. Meskipun negara-negara anggota program Eurofighter Typhoon lainnya, Inggris, Spanyol dan Italia menentangnya.

Jet tempur Eurofighter Typhoon bikinan Airbus. (Foto:Doc/Savunmasanayist)

Menurut rencana saat ini, produksi jet tempur Eurofighter Typhoon di Jerman akan berakhir pada tahun 2030 dengan pengiriman pesawat Tranche-4 terakhir (kontrak Quadriga, 38 pesawat tempur) untuk Angkatan Udara Jerman, Luftwaffe.

Saat ini terdapat jeda sepuluh tahun tanpa pesanan untuk industri penerbangan militer Jerman, karena deklarasi kemampuan operasional tingkat awal pertama dari pesawat tempur SCAF/FCAS generasi berikutnya, yang dikembangkan bersama dengan Prancis dan Spanyol direncanakan paling cepat pada tahun 2040.

Jika Kementerian Pertahanan Jerman tidak segera melakukan pemesanan baru (yaitu Tahap 5), Airbus khawatir akan berakhirnya pembangunan pesawat tempur militer di Jerman, hilangnya pekerjaan dalam jumlah besar, dan penurunan secara umum dalam industri penerbangan.

Oleh karena itu Airbus menyerukan keputusan penting, dan mendesak mengenai masa depan Eurofighter Typhoon.

Penolakan Typhoon untuk Türkiye dan Arab Saudi

Meskipun demikian, pemerintah Jerman menentang perintah Arab Saudi dan Turkiye untuk masing-masing 48 dan 40 unit Typhoon.

Kedua negara itu telah mengajukan permintaan untuk memasok jet tempur Typhoon dari Inggris. Namun, Jerman memblokir pasokan Typhoon ke Arab Saudi dan Turki karena alasan politik.

Nilai total kontrak kedua negara itu, untuk pasokan jet tempur Typhoon diperkirakan lebih dari $10 miliar.

Program jet tempur Typhoon mendukung lebih dari 20.000 pekerjaan di seluruh perekonomian Inggris, menurut penelitian Oxford Economics.

Jet tersebut dirancang dan diproduksi serta dipelihara oleh BAE Systems, yang mempekerjakan 5.000 orang dalam program tersebut di Lancashire.