Kisah Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair yang Terlupakan

Kisah Mbah Moedjair penemu ikan mujair yang terlupakan, berasal dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur. (Foto: kontenPedia)

Hai Sahabat Ulasan, tahukah Anda tentang ikan mujair? Hampir dipastikan bahwa hampir semua orang di Indonesia mengenal jenis ikan ini.

Mujair dapat ditemukan hampir di semua wilayah perairan di Indonesia, baik di danau, sungai, maupun dalam kegiatan budi daya seperti tambak.

Namun, tahukah Sahabat Ulsan bagaimana ikan jenis ini mendapatkan nama “mujair”? Mungkin masih sedikit yang mengetahuinya. Ceritanya berawal dari ketekunan seorang lelaki bernama Mbah Moedjair, yang berasal dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Mbah Moedjair, seorang lelaki Jawa yang bekerja sebagai jogoboyo atau juru pengatur air irigasi di Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Blitar. Menurut Jojok, cucu dari Mbah Moedjair, “Berkat kesabaran dan ketekunan beliau, mujair yang awalnya hidup di laut berhasil dibudidayakan menjadi ikan air tawar yang kita kenal sekarang ini.”

Baca Juga: Melihat Makam Keramat Datuk Ladang Putih di Tanjungpinang

Menurut cerita dari Jojok yang dilansir dari Mongabay, pada suatu hari tanggal 25 Maret 1936, ketika Mbah Moedjair berusia 44 tahun, dia sedang berada di Pantai Selatan, Blitar, tepatnya di Desa Serang, Kecamatan Panggung.

Di sana, tanpa sengaja, dia menemukan sekelompok ikan yang melakukan hal unik, yaitu ikan-ikan tersebut memasukkan anak-anaknya yang masih kecil ke dalam mulutnya. Kejadian ini menarik perhatian Mbah Moedjair.

Berjalan Puluhan Kilometer Mencoba Budidaya

Dengan ketekunan, Mbah Moedjair mengambil ikan-ikan tersebut dan membawanya pulang untuk mencoba membudidayakannya. Menurut Jojok, Mbah Moedjair bahkan berjalan kaki puluhan kilometer dari pantai selatan ke rumahnya hanya untuk membawa ikan-ikan tersebut.

Namun, usaha pertamanya untuk membudidayakan ikan mujair dari spesies Oreochromis mossambicus, yang berasal dari Afrika, gagal. Saat ikan-ikan itu dilepaskan di kolam air tawar, semuanya mati. Meskipun demikian, Mbah Moedjair tidak menyerah.

Beberapa hari kemudian, ia kembali ke Pantai Serang untuk mengambil ikan-ikan tersebut. Namun, kali ini ia mencoba langkah berbeda dengan mencampurkan air laut ke dalam kolam air tawar untuk membuat air di kolam lebih payau.

Percobaan ke-10 Membuahkan Keberhasilan

Meskipun upaya ini juga awalnya tidak berhasil, pada percobaan ke-10, ikan yang dibawa dari Pantai Serang berhasil bertahan hidup dan berkembang biak.

Mbah Moedjair kemudian mencampurkan air payau dengan air tawar di penangkaran. Ia memandang bahwa perubahan habitat air yang drastis dari air payau ke air tawar menjadi penyebab kegagalan sebelumnya. Setelah percobaan itu, ikan-ikan itu berhasil bertahan hidup dan berkembang biak.

Namun, perjalanan Mbah Moedjair dalam membudidayakan ikan mujair tidaklah mudah. Ia harus berjalan kaki sejauh 40 kilometer dari Pantai Serang ke Desa Papungan. Dalam perjalanan itu, sebagian ikan yang dibawanya mati. Namun, setelah melakukan perjalanan bolak-balik ke-10, barulah usahanya membuahkan hasil.

Setelah berhasil, ikan-ikan itu mulai dijual kepada warga sekitar dan nama Mbah Moedjair mulai dikenal sebagai penemu mujair.

Kisah Mbah Moedjair penemu ikan mujair yang terlupakan, berasal dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Kisah Mbah Moedjair penemu ikan mujair yang terlupakan, berasal dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Mbah Moedjair Menerima Penghargaan

Kesuksesan Mbah Moedjair dalam melakukan domestifikasi mujair ini tidak hanya dikenal di Indonesia. Namun juga menyebar ke berbagai negara seperti Asia, Eropa, serta benua Amerika. Pada akhirnya, Mbah Moedjair memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai jogoboyo karena kesibukannya dengan urusan ikan.

Dalam sebuah buletin perikanan yang diterbitkan pada tahun 1963, disebutkan bahwa sebelum ditemukan oleh Mbah Moedjair, mujair hanya sedikit mendapat perhatian sebagai makanan dan ikan buruan di daerah asalnya di Afrika Timur.

Para ahli perikanan dan biologi pada masa Hindia Belanda pun tidak mengenal ikan ini sebelum ditemukannya oleh Mbah Moedjair.

Penghargaan dan apresiasi diberikan pada Mbah Moedjair dari beberapa lembaga internasional dan pemerintah Indonesia. Bahkan, pada tahun 1951, pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang keenam, Mbah Moedjair diundang dan diberikan penghargaan tingkat nasional oleh Kementerian Pertanian Indonesia sebagai pengakuan atas penemuan ikan mujair yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat Indonesia.

Masih Menyisakan Mesteri?

Meskipun berhasil dalam mengubah mujair dari ikan air asin menjadi ikan air tawar, perjalanan ikan mujair dari tempat asalnya di Afrika hingga ke Pantai Serang masih menyimpan banyak misteri.

Tidak banyak literatur yang mengungkapkan bagaimana ikan tersebut sampai ke Indonesia. Namun demikian, prestasi besar yang dicapai oleh Mbah Moedjair dalam mengembangkan budidaya ikan mujair tetap dihormati.

Bahkan, sebuah prasasti didirikan di lokasi makamnya dan tanggal 26 Maret 1936 diperingati sebagai hari ketika pertama kali mujair ditemukan olehnya.

Kisah sukses domestifikasi ikan mujair oleh Mbah Moedjair tetap menjadi bukti akan ketekunan dan kesungguhan seseorang dalam mengubah suatu hal yang awalnya tidak mungkin menjadi kenyataan.

Ikuti Artikel Lainnya di Google News