Kisah Para Penggali Kubur COVID-19

Petugas pemakaman jenazah pasien COVID-19 sedang menggali kubur di Tanjungpinang. Foto : Muhammad Chairuddin

Tanjungpinang-Melihat wajah Theo yang mulai keriput dan tulangnya yang rapuh menonjol, masyarakat pasti tidak menyangka kalau dirinya adalah orang yang paling bertanggungjawan atas mata rantai terakhir badai covid-19 yang sedang melanda. Ya benar, Theo yang kini berumur 60 tahun, adalah petugas penggali kubur pasien covid-19 di Tanjungpinang.

Bersama Syahrin (53), Triyono (38), dan Rosli (41), dirinya harus siap siaga apabila ada panggilan dari rumah sakit untuk menguburkan jenazah yang meninggal karena Covid-19.

“Kami hanya berempat, untuk pasien COVID-19 yang meninggal di Tanjungpinang,” ujar pria paruh baya itu di pemakaman pasien COVID-19, KM.16, Kota Tanjungpinang, pada Senin (14/06).

Theo dan tiga temannya paham, tugasnya sebagai menggali kubur pasien yang meninggal karena COVID-19 memiliki resiko tinggi untuk tertular virus Corona. Untuk meredam ketakutan tertular, Theo hanya mengandalkan vitamin yang ia beli di apotik. Theo percaya, vitamin bisa memperkuat imun tubuhnya agar tidak terjangkit COVID-19.

Hingga saat ini, jumlah makam pasien COVID-19 yang ia gali sudah mencapai 77 makam. Makam tersebut pun hanya makam pasien COVID-19 yang beragama Islam. Sementara untuk pasien Bergama selain islam, pihak keluarga juga sering kali menggunakan jasanya.

“Sampai sekarang itu 77 untuk warga muslim, sedang untuk warga beragama Kristiani sudah 7 makam. Sedangkan agama Budha kebanyakan kita hanya menimbun,” jelasnnya.

Kondisi para penggali kubur jenazah Covid-19 tersebut seharusnya menjadi perhatian serius bagi kita semua, khususnya Pemerintah Kota Tanjungpinang. Selain keselamatan kerja yang memang menjadi hak mereka, masalah upah yang layak juga harus menjadi perhatian. Mereka berharap, Walikoita Tanjungpinang, Rahma, berkenan melihat langsung kerja penggali kubur di Km.16, Kota Tanjungpinang.

“Sampai saat ini pun Ibu Walikota Rahma belum pernah menginjakkan kaki di sini. Padahal yang saya dengar, pemakaman di Kijang sempat dia datangi, tapi tidak yang disini. Saya tidak minta perhatian. Tapi sebagai walikota, cobalah lihat ke sini. Lihat keluh kesah kami,” tuturnya dengan tangis sedih.