Kisah Para Penggali Kubur COVID-19

Petugas pemakaman jenazah pasien COVID-19 sedang menggali kubur di Tanjungpinang. Foto : Muhammad Chairuddin

Menurut Theo, hingga saat ini belum ada kejelasan dari Pemerintah Kota Tanjungpinang terkait biaya pemakaman. Selama ini biaya pemakaman ditanggung oleh keluarga pasien sehingga pemerintah tidak menjamin hal tersebut. Ia pun mengaku tidak berani dan tidak banyak mengetahui terkait anggaran pemakaman Pasien COVID-19.

Theo yang telah menjadi penggali makam sejak kasus awal pasien COVID-19 di Tanjungpinang itu mengaku, hingga kini belum pernah sekali pun mendapatkan dana pemakaman dari Pemerintah Kota Tanjungpinang.

“Selama ini, belum pernah saya rasakan uang pemakaman dari Pemerintah Kota Tanjungpinang,” jelasnya dengan penuh keringat usai memakamkan pasien.

Pada awalnya, biaya penggalian makam jenazah COVID-19 dibebankan kepadsa ahli waris sebesar Rp.1,5 juta rupiah. Biaya sebesar itu digunakan untuk biaya operasional dan pembelian perlengkapan seperti kain kafan, papan kayu luar dan dalam. “Kalau bersihnya kita dapat Rp.300 ribu dari yang diberikan ahli waris kek kita,” jelasnya.

Namun selanjutnya muncul masalah baru. Beberapa ahli waris menganggap biaya penggalian kubur tersebut sudah ditanggung oleh pemerintah daerah dan menuduh Theo dan ketiga temannya melakukan pungutan liar (Pungli). Padahal, lanjut Theo, tidak ada anggaran untuk biaya pemakaman dari pemerintah.

“Bahkan kita diancam mau dipidanakan segala, Bang. Kalau ada anggran dari pemerintah, tuntu kami tidak akan berani meminta uang dari ahli waris. Kita tahu mereka sedang dalam musibah. PUang yang kami minta bukanlah pungli, melainkan upah atas keringat dan jerih payahnya kami sendiri,” kisahnya.

Kini persoalan biaya pemakaman sudah selesai, karena ada donatur yang siap membiayai proses pemakaman jenazah pasien COVID-19. Lanjut Theo, hingga saat ini pihaknya hanya bergantung pada donatur yang sebelumnya diinformasikan oleh Dinas Perkim Kota Tanjungpinang.

“Dari pemerintah saya kurang tahu, tapi dari Pemkim memberikan info bahwa ada umat muslim sebagai donatur. Jadi sejak bulan Juni ada dari donatur,” ujar Theo.

Theo menceritakan, banyak suka duka menjadi penggali kubur jenazah pasien COVID-19. Misalnya, tak jarang salah satu anggota tim pemakaman berhalangan hadir. Hal itu terpaksa harus diterima lantaran tidak ada lagi penggali yang ingin menggantikan posisi mereka. Kurangnya anggota petugas pemakaman itu pun mampu diterima mereka dengan rasa saling pengertian.