Mahasiswa ITS Olah Limbah Plastik Jadi Bahan Bakar Melalui Proses Pirolisis

Alat proses pirolisis pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar buatan mahasiswa ITS Surabaya. (Foto:Ist)

SURABAYA – Mahasiswa yang tergabung dalam Tim Fuchelia di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur (Jatim) kembangkan alat khusus untuk mendaur ulang limbah plastik menjadi bahan bakar.

Tim Fuchelia ITS berupaya menghadirkan inovasi baru, untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia dengan menggunakan teknik pirolisis.

Lantas Tim Fuchelia ITS Surabaya mengembangkan gagasan tepat guna, melalui sebuah inovasi alat bernama Smart Reducer Gas Pyrolysis.

Immanuel Nathanael Lumban Gaol, yang merupakan anggota Tim Fuchelia menjelaskan, seiring berkembangnya sektor industri pertanian, maka bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama sejumlah petani.

Sedangkan, lanjut Immanuel, ketersediaannya bahan bakar fosil semakin menipis hingga nantinya akan berdampak pada harga yang menjadi sangat mahal.

“Maka perlu adanya bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti bahan bakar hasil pirolisis yang memanfaatkan limbah plastik,” ujar Nuel sapaan akrab Immanuel Nathanael Lumban Gaol.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Tim Fuchelia yang melibatkan tujuh mahasiswa dari Departemen Kimia ITS ini merancang teknologi tepat guna dengan teknik pirolisis pengolahan limbah.

Alat yang dirancang secara khusus tersebut, merupakan teknologi yang dirancang untuk mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak yang tersusun atas beberapa bagian, yaitu reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk.

Baca juga: Peringati Hardiknas 2023, Mas Menteri Sampaikan Isu Terkait Merdeka Belajar
Bagan proses pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar. (Foto:Ist)

Nuel juga memaparkan, konsep pirolisis yang diterapkannya ini merupakan proses pemanasan bahan padat, dalam keadaaan oksigen yang terbatas atau bahkan tanpa oksigen.

“Alat yang kami kembangkan ini menggunakan plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai bahan baku dengan produk luarannya berupa minyak,” tambahnya.

Dari segi teknis, lanjut Nuel, cara kerja dari Smart Reducer Gas Pyrolysis ini dimulai dengan memilah dan memisahkan sampah plastik yang akan dicacah sampai diperoleh ukuran terkecil.

Kemudian prosesnya selanjutnya pirolisis, dengan memasukkan 5 hingga 10 kilogram plastik ke dalam reaktor dan dipanaskan menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG).

“Dengan proses itu maka plastik akan meleleh, dan mengalami proses perengkahan menjadi hidrokarbon rantai yang lebih pendek,” ungkap Nuel.

Panas yang dihasilkan dalam reaktor tersebut, maka membuat lelehan plastik menguap. Kemudian, uap hasil pemanasan akan dialirkan menuju kondensor untuk didinginkan. Sehingga diperoleh cairan berupa minyak hasil.

“Minyak pirolisis ini yang dimanfaatkan untuk bahan bakar mesin diesel, untuk menghidupkan alat-alat mesin pertanian,” terangnya.

Untuk mengurangi emisi karbonnya, Nuel dan mahasiswa lainnya di Tim Fuchelia juga menambahkan zat aditif berupa minyak kayu putih ke dalam minyak pirolisis, dengan target hasil minyak yang lebih jernih.

Lebih lagi, pada knalpot mesin diesel dengan penggunaan minyak pirolisis juga akan ditambahkan karbon aktif. “Dengan demikian, di saat penggunaannya diesel tidak akan menimbulkan bau menyengat,” tutupnya dikutip dari tvonenews.