Jakarta – Peningkatan kemampuan siber bagi TNI Angkatan Darat, merupakan kebutuhan mendesak untuk melindungi infrastruktur dan prajurit dari ancaman siber .
Hal itu disampaikan Komandan Pusat Sandi dan Siber TNI Angkatan Darat (Pussansiad), Brigjen TNI Iroth Sonny Edhie, Rabu (24/11).
Brigjen TNI Iroth Sonny Edhie menegaskan, penguatan kemampuan siber TNI AD merupakan kebutuhan yang mendesak.
Menurut dia, karena serangan siber berdampak riil terhadap ketahanan infrastruktur dan kehidupan prajurit.
“Ancaman siber terus berevolusi, dan menggunakan artificial intelligence (kecerdasan buatan, red.). Jadi, setiap ada ancaman dan direspons, dia (peretas, red.) mencari celah-celahnya. Tugas kami bagaimana mengamankan semua celah ini dari potensi ancaman,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Ia menerangkan ancaman terhadap dunia siber, terutama yang menargetkan TNI AD dapat terbagi atas dua jenis yaitu ancaman fisik dan ancaman nonfisik.
Baca juga: Percobaan Serangan Siber di Indonesia Meningkat 888 Juta Kali
Ancaman fisik, ia menjelaskan menyerang infrastruktur vital TNI AD.
Sementara ancaman siber non fisik, menargetkan pola pikir (mindset) para prajurit beserta keluarganya.
“Serangan fisik bisa berupa malware, virus, kemudian serangan yang bersifat web defacement terhadap (laman resmi) beberapa institusi TNI AD,” terang Iroth.
Sementara itu, wujud ancaman siber nonfisik di antaranya kabar bohong/hoaks, misinformasi, dan disinformasi.
Berita-berita bohong yang kerap diedarkan lewat dunia maya, bertujuan menciptakan perpecahan dan mengubah persepsi para prajurit terhadap isu-isu tertentu.
Oleh karena itu, ia menerangkan Pusat Sandi dan Siber TNI AD telah mencanangkan penguatan kekuatan siber di lingkungan TNI Angkatan Darat.
“Dalam membangun penguatan dan kemampuan Pussansiad, kami selalu melihat dari bagaimana kami mengidentifikasi kemudian mendefinisikan dan memetakan ancaman. Dari situ, kami menyusun konsep, baik itu konsep pola operasi dan penguatan postur,” terangnya.