Pariwisata Kepri, Antara Harapan dan Halusinasi

Pariwisata Kepri, Antara Harapan dan Halusinasi
Turis asing saat tiba di perairan Tanjungpinang dengan kapal yacht (Foto: Muhammad Bunga Ashab)

Rudi menjelaskan, pelaksanaan Travel Bubble baru dapat diterapkan di Kota Batam, apabila vaksinasi warga secara keseluruhan telah mencapai angka 100 persen.

Lanjut, kata Rudi, meski otoritas Singapura sudah dapat mengizinkan warganya masuk melalui Pelabuhan Nongsa Pura, Nongsa, Batam, apabila warga di Kecamatan Nongsa telah tervaksin secara keseluruhan.

“Karena, Singapura pernah minta warga Nongsa divaksin semua. Saya bilang, bisa. Tapi, kalau untuk seluruh warga Batam, saya belum jamin tervaksin,” ujar Rudi.

Ia menjelaskan jika saat ini Batam dipaksakan menjadi salah satu proyek Travel Bubble maka dikhawatirkan menimbulkan masalah baru di kemudian hari.

“Biarlah kita bersakit-sakit dahulu, sambil pelan-pelan mengejar vaksinasi 100 persen di Kota Batam,” ujarnya.

Rudi mengatakan masalah yang dikhawatirkan ialah seperti ada turis yang masuk melalui Batam, kemudian terkonfirmasi COVID-19.

“Kalau hari ini, saya izinkan buka. Ternyata, satu orang luar (Wisman) kena COVID-19. Isunya sampai ke Singapura, ini akan tutup semua.”

“Untuk meluruskannya kembali ini yang susah. Lebih bagus susah sekarang, dari pada ke depan bermasalah. Jadi, kita selesaikan dulu target 100 persen jadi tidak ada alasan lagi,” pungkasnya.

Kadispar Kepri Berlakukan Travel Bubble di Lagoi

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Buralimar memaklumi kekhawatiran Wali Kota Batam Muhammad Rudi terkait penundaan Travel Bubble.

Sebelumnya, Wali Kota Rudi meminta penundaan Travel Bubble di Batam karena masyarakat Kota Batam belum 100 persen di vaksinasi.

“Kita maklumi kekhawatiran Wali Kota Batam,” ujar Buralimar, Selasa (12/10).

Buralimar menuturkan, jika Batam belum siap untuk diberlakukan Travel Bubble, maka nantinya akan diberlakukan di Kawasan Lagoi, Bintan.

“Jika Kota Batam, terutama di Kawasan Nongsa belum siap, maka kita arahkan ke Bintan dulu,” ujarnya.

Hal itu disampaikan Kadispar Kepri karena kawasan wisata terpadu Lagoi posisinya jauh dari pemukiman warga, sehingga hal itu akan lebih efektif.

“Nantinya bisa kita buat Bintan menjadi pilot projects, dan jika Batam sudah siap, maka selanjutnya kita buka di Batam, khususnya Kawasan Nongsa,” ujarnya.

PHRI Dukung Wali Kota Batam

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) mendukung kebijakan yang diambil Wali Kota Batam Muhammad Rudi untuk menunda sementara Batam menjadi tempat tujuan travel bubble wisatawan mancanegara (Wisman) dari Singapura dan negara lainnya.

“Apa yang disampaikan Pak Rudi saya sangat setuju. Sambil melihat kondisi kedepannya antara Singapura dan kondisi Batam sendiri. Nantinya di khawatirkan ada gelombang ketiga,” ujar Ketua PHRI Kota Batam Muhammad Mansur pada Rabu (13/10).

Mansur mengatakan, bahwa pemerintah harus memastikan tingkat imunitas masyarakat atau herd immunity sebelum dibukannya kerjasama pariwisata tersebut.

“Kita harus pastikan dulu tingkat imun masyarakat Kota Batam dengan divaksin. Pastikan dulu masyarakat benar-benar menerapkan protokol kesehatan,” tuturnya.

Pada dasarnya, kata Mansur, pihaknya mendukung apapun kebijakan dan keputusan pemerintah terutama untuk sektor pariwisata. Namun, ada baiknya pemerintah memfokuskan pada wisatawan domestik karena Kepri masih dalam masa pandemi COVID-19.

“Harusnya saat ini kita fokus dulu dengan wisatawan lokal,” ujarnya.

Lebih lanjut kata Mansur, apalagi saat ini perjalanan antara daerah hanya menggunakan tes Antigen bagi yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis kedua.

“Sehingga bisa memudahkan wisata lokal. Serta kerjasama antara pemerintah daerah juga diperlukan,” katanya.

ASITA Minta Pemprov Kepri Fokus ke Pasar Domestik

Association of Indonesian Travel Agency (ASITA) Tanjungpinang-Bintan meminta Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri) agar fokus membangun pasar pariwisata domestik sembari menunggu mulainya travel bubble.

Ketua ASITA Tanjungpinang-Bintan, Sapril Sembiring menilai Pemprov Kepri harus mengambil langkah lain selagi menunggu travel bubble berjalan.

“Travel Bubble didesain untuk Singapura. Tapi Singapura belum membuka diri. Dalam kondisi ini kita bisa saja melakukan upaya untuk memperkuat pasar domestik,” kata Sapril di Tanjungpinang, Minggu (17/10).

Sapril menuturkan, saat ini setidaknya terdapat 60 travel di Kepri yang siap menyambut wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Di Tanjungpinang dan Bintan tercatat sedikitnya 15 travel yang siap dan terdaftar di ASITA.

Menurutnya, sejumlah travel dan juga tempat wisata pun telah melakukan penyesuaian untuk menerima wisata lokal.
“Biaya yang tadinya sesuai untuk pasar internasional kini akan disesuaikan untuk pasar domestik,” katanya.

Hal itulah yang dapat dijual kepada para wisatawan domestik di Kepri. Terlebih lagi, Sapril menilai Batam dan Bintan merupakan daerah yang cukup banyak wisatawan dan destinasi wisatanya.

Lanjut Sapril, para pelaku wisata seperti resort, travel agen, dan pelaku wisata lainnya sudah siap untuk menerima wisatawan. Ia pun menilai, Kepri sudah layak untuk kembali menghidupkan roda pariwisata terlebih lagi Travel Bubble.

“Sudah pada disertifikasi CHSE dan itu sudah dilakukan oleh Kemenpar untuk diasesmen,” ucapnya.

Bandara Hang Nadim Jadi Solusi Pariwisata

ASITA mendukung agar Bandara Hang Nadim Batam membuka rute penerbangan internasional. Tujuannya, untuk mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia, khususnya Kepulauan Riau (Kepri).

Ketua ASITA Tanjungpinang-Bintan, Sapril Sembiring menilai, terhentinya penerbangan internasional di Singapura merupakan momen yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Dengan kondisi penyebaran COVID-19 yang menurun saat ini, Bandara Hang Nadim Batam dapat membuka penerbangan internasional untuk mendatangkan wisatawan mancanegara.

“Kondisi saat ini kita sangat bergantung pada Singapura. Sedangkan Singapura bum ada kepastian kapan akan buka,” ucapnya.

Sapril menuturkan, ketidakpastian itu sangat berpengaruh pada sektor pariwisata Indonesia. Pasalnya, wisatawan mancanegara akan melakukan transit terlebih dahulu di Singapura karena tidak adanya penerbangan internasional di Kepri.

Jika terus bergantung dengan ketidakpastian itu, sektor pariwisata di Kepri akan sulit berkembang untuk mendatangkan wisatawan mancanegara, meskipun para pelaku wisatanya sudah sangat siap menjalankan roda ekonomi dari sektor pariwisata.

“Ini moment sangat baik agar kita berkonsolidasi antara pemerintah, ASITA, airline, termasuk juga resort yang besar,” ucapnya.

Selain itu, Sapril menilai Bandara Hang Nadim sangat layak untuk membuka rute penerbangan internasional karena memiliki fasilitas yang memadai.

Apabila hal itu terjadi, maka sektor pariwisata Kepri akan merasakan dampak yang cukup besar.

“Itu akan memudahkan mobilitas wisatawan masuk ke Kepri. Saya pikir kita bisa bekerjasama dengan beberapa negara yang protokol kesehatannya bagus,” tambahnya.

Lanjut Sapril, para pelaku wisata seperti resort, travel agen, dan pelaku wisata lainnya sudah siap untuk menerima wisatawan. Ia menilai, Kepri sudah layak untuk kembali menghidupkan roda pariwisata terlebih lagi Travel Bubble.

“Sudah pada disertifikasi CHSE dan itu sudah dilakukan oleh Kemenpar untuk diasesmen,” pungkasnya. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *