Pentas Seni Peresean Suku Sasak Hibur Warga Batam

Pentas Seni Peresean Suku Sasak NTB Hibur Warga Batam
Dua orang penonton saat menampilkan Peresean. (Foto: Muhamad Ishlahuddin)

Aksi saling cambuk itu membuat suasana menjadi tegang bercampur seru. Ditambah lagi Peresean diiringi dengan musik tradisional pengiring yang terdiri dari gong, kendang, rincik, simbal, suling dan kanjar sehingga suasana menjadi meriah.

Pakembar akan menghentikan pertandingan, jika ada salah satu Pepadu yang terluka atau berdarah. Jika selama pertandingan belum ada yang terluka, maka Peresean akan terus dilanjutkan hingga ronde kelima, tergantung kesepakatan awal.

Setelah pertarungan yang sengit, bahkan melukai satu dengan lainnya, para pepadu harus saling memeluk dan memaafkan. Pepadu dinyatakan menang oleh pakembar jika memiliki luka paling sedikit.

Nilai yang ingin ditunjukkan dalam Peresean, yaitu kesabaran dan kerendahan hari serta rasa saling menghormati satu sama lain.

Selain Peresean, PKNTB juga menghadirkan seni tradisional dari daerah NTB lainnya, Berempuk dari Kabupaten Sumbawa dan Gantao dari Kabupaten Bima.

Ketua Harian PKNTB Kepri Muslim Al Jerry mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturrahmi antarwarga NTB di Kepri, khusunya Batam.

“Intinya budaya ini harus tetap dilestarikan, dibudayakan walau kita berada di negeri rantau,” kata Jerry.

Dia berharap, masyarakat NTB di Kepri bisa terus melestarikan budaya leluhur meski jauh dari kampung halaman. “Pelestarian budaya dan silaturahmi ini yang harus dijaga,” ujarnya.

Sementara itu, Wildan salah seorang pengunjung dan juga merupakan orang asli Lombok Tengah ini mengaku senang dengan adanya kegiatan ini.

“Sudah lama tidak nonton ini (Kesenian NTB), dulu kalau di kampung setiap Agustus saya suka nonton ini,” kata Wildan, Minggu (16/1).

Wildan merasa kerinduannya akan budaya asli sukunya, yakni Suku Sasak cukup terobati.

“Cukup menghiburlah, kalau pulang pun belum tentu saya dapat lihat, karena tak selalu ada. Senang juga bisa bertemu dengan teman-teman Lombok lain di sini,” kata dia.

Wildan berharap, kegiatan seperti ini akan terus berlanjut agar seni budaya Sasak tetap hidup meski di perantauan. “Supaya budaya ini tidak mati, bisa diperlihatkan juga ke masyarakat Kepri, ini budaya kami dari timur sana,” kata dia. (*)