TANJUNGPINANG – Kisah pilu pedagang baju di Pasar Relokasi Puan Ramah Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri). Untuk makan saja terkadang harus berutang.
Bahkan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-sehari, pedagang tersebut rela berutang. Sebab, penghasilan di pasar tersebut jauh dari harapan.
Marleni (52), pedagang baju di Pasar Puan Ramah mengatakan, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya rela harus berhutang.
“Selain berutang, saya juga gadaikan barang. Semua buat kebutuhan sehari-hari. Biar bisa makan aja kami ni,” kata Marleni, Ahad (28/05).
Marleni menyebutkan, dalam satu bulan tidak bisa mendapat penghasilan yang sama saat dirinya masih berjualan di pasar lama.
“Sebulan pelaris aja disini ga ada. Kalau disana jangan ditanya lah. Bisa kami nabung kalau jualan disana,” jelas Marleni.
Ia berharap, ada uluran tangan dari Pemerintah Kota Tanjungpinang. Karena kondisi pedagang di Pasar Relokasi Puan Ramah semakin memprihatinkan.
Baca juga: Pedagang: Pasar Puan Ramah Sepi Seperti Tempat Jin Buang Anak
Sebab, pasar relokasi yang dibangun Pemerintah Kota Tanjungpinang dengan anggaran Rp3,2 miliar sepi pembeli dan ditinggal pedagang.
“Sejauh ini tidak ada bantuan apapun dari Walikota Tanjungpinang. Minimal ada bantuan sembako untuk kami makan sehari-hari,” ujar Marleni.
“Jangan nanti ngasih bantuan pas mau dekat-dekat kampanye,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Hesti, pedagang baju lainnya. Ia mengungkapkan, dalam sebulan dirinya hanya mendapat kurang dari Rp100 ribu.
“100 ribu aja gak sampai. Untuk makan saja, saya terkadang minjam atau jual barang berharga. Gimana mau nabung untuk pendidikan anak kalau seperti ini kondisinya,” ungkap Hesti.
Ia bercerita, dalam sehari hanya ada beberapa barang yang terjual. Namun penjualan itu tak mampu menutupi produksi yang ada.
“Kadang ada yang beli dalaman hanya dua helai. Kadang seminggu baru ada. Kalau kami total gak sampai Rp100 ribu sebulan,” tutupnya.
Baca juga: Pedagang Pasar Puan Ramah Bertahan Jualan di Tempat Sepi