Rusia Terus Meningkatkan Serangan di Kota Mariupol Ukraina

Suasana bangunan-bangunan hancur saat konflik Ukraina-Rusia di selatan kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, Selasa (19/4/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Ermochenko/aww/cfo

KIEV – Rusia terus meningkatkan intensitas serangannya dan terus mengepung di Kota Mariupol, Ukraina

Rusia menggempur pertahanan terakhir Ukraina, yang masih berada di pabrik baja raksasa di Mariupol, beberapa hari setelah Moskow menyatakan menang atas kota di selatan itu.

Sehingga, pasukan Rusia tidak perlu mengambil alih pabrik tersebut.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan, militer mereka belum siap untuk mencoba menerobos kepungan Mariupol.

Namun, Zelenskyy mengatakan, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin akan mengunjungi Kiev pada Minggu (24/04).

Selain itu juga membahas jenis senjata yang dibutuhkan Ukraina, saat invasi Rusia memasuki bulan ketiga.

“Begitu kami memiliki (senjata lainnya), begitu jumlah sudah cukup banyak, percaya pada saya. Kami akan segera merebut wilayah di sana sini, yang untuk sementara diduduki,” kata Zelenskyy saat konferensi pers, Sabtu (23/4).

Baca juga: Rusia Sukses Uji Rudal Antarbenua ‘Sarmat’ Tercanggih di Dunia

Gedung Putih tidak mengiyakan rencana perjalanan Blinken dan Austin.

Sedangkan, Departemen Luar Negeri dan Pentagon enggan berkomentar.

Serangan terhadap Mariupol, pertempuran konflik terparah membabi buta selama beberapa pekan.

Pendudukan kota tersebut dianggap penting bagi upaya Rusia, untuk menghubungkan wilayah Donbas timur dengan Krimea, semenanjung Laut Hitam yang direbut Moskow pada 2014.

Kelompok separatis dukungan Moskow sudah bertahun-tahun menguasai wilayah di Donbas.

Ukraina memperkirakan ribuan orang warga sipil tewas di Mariupol, dan 100.000 lainnya masih berada di kota itu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah menyebutkan, sedikitnya ratusan ribuan warga sipil tewas.

Ajudan wali kota Mariupol menuturkan, upaya baru untuk mengevakuasi warga sipil pada Sabtu (23/04) gagal.

Di Pelabuhan Laut Hitam, Odesa, sedikitnya delapan orang tewas, kata presiden.

Dua misil menggempur sebuah fasilitas militer, dan dua bangunan perumahan pada Sabtu (23/04), kata militer Ukraina.

Sirene serangan udara terdengar di Odesa dan Mykolaiv, sebuah kota di dekat Laut Hitam, pada Minggu (24/04) dini hari tanpa laporan langsung mengenai serangan baru.

‘Ancaman Rudal’

Zelenskyy mengatakan Rusia telah menembakkan sebagian besar simpanan rudal mereka di Ukraina.

“Tentu saja, mereka masih mempunyai sisa rudal. Tentu, mereka masih bisa melakukan teror rudal terhadap rakyat kami,” katanya.

“Akan tetapi apa yang telah mereka lakukan menjadi sebuah argumen yang cukup kuat bagi dunia, untuk akhirnya mengakui Rusia sebagai negara pendukung terorisme dan militer Rusia sebagai organisasi teroris.”

Rusia membantah menargetkan warga sipil, dalam “operasi militer khusus” mereka yang dimulai pada 24 Februari.

Kementerian pertahanan Rusia mengaku, pihaknya menggunakan rudal dengan presisi tinggi untuk meluluhlantakkan terminal logistik di Odesa yang berisi pasokan senjata dari AS dan sejumlah negara Eropa.

Menurut dephan, pasukan Rusia telah membunuh hingga 200 tentara Ukraina ,dan menghancurkan lebih dari 30 kendaraan pada Sabtu (23/04).

Jenderal Rusia, Rustam Minnekayev pada Jumat (22/4) mengatakan, Moskow ingin menguasai seluruh Ukraina selatan,.

Menurut Ukraina, pernyataan jenderal tersebut mengindikasikan bahwa Rusia mempunyai tujuan yang lebih luas dari sekadar misi “demiliterisasi”, dan “mengenyahkan pengaruh Nazi” di Ukraina.

Kiev dan Barat menyebut invasi Rusia sebagai perang agresi yang tak bisa dibenarkan.

Kemenhan Rusia pada Jumat (22/04) mengatakan, para petempur terakhir yang berada di pabrik baja di Mariupol sudah “diblokade secara aman”.

Pada Kamis (21/4), Presiden Vladimir Putin menyatakan, bahwa Mariupol “sudah bebas” dan menyatakan bahwa pasukan Rusia tidak akan menyerbu Azovstal.

Penasihat Zelenskyy, Oleksiy Arestovych mengatakan, pasukan Ukraina di pabrik baja itu bertahan dan berupaya untuk melakukan serangan balik.

Lebih dari 1.000 warga sipil juga berada di pabrik tersebut, menurut otoritas Ukraina.

Baca juga: 6 Orang Tewas dalam Ledakan di Restoran Somalia