Setahun Kudeta Myanmar, Orang-orang Masih Mencari Keluarga yang Hilang

Setahun Kudeta Myanmar, Orang-orang Masih Mencari Keluarga yang Hilang
Aung Nay Myo, seorang penyelenggara aksi protes dan penulis satir dari Myanmar, menjemur pakaiannya di tempat penampungan sementara di sebuah lokasi yang tidak disebutkan di sebuah kota di sebuah negara yang berbatasan dengan Myanmar, 27 Januari 2022. Foto Antara

Di sebuah kota perbatasan, aktivis berusia 43 tahun Aung Nay Myo, yang mengungsi dari wilayah Sagaing di barat daya, mengatakan tentara junta membawa kedua orang tua dan saudara-saudaranya dari rumah mereka pada pertengahan Desember dan dia tidak tahu keberadaan mereka sekarang.

Dia yakin mereka ditahan karena karya-karyanya sebagai penulis satir. Di antara mereka adalah ayahnya, 74 tahun, yang lumpuh karena strok.

“Tak ada yang bisa saya lakukan, tapi saya khawatir setiap saat,” kata Aung Nay Myo.

Dua kantor polisi di kota Monywa, tempat asal mereka di Sagaing, tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentarnya.

Di sejumlah wilayah, resistensi terhadap junta telah berkembang menjadi konflik, dan pertempuran telah membuat puluhan ribu orang terusir dari tempat tinggal mereka di seluruh negeri, menurut PBB. Ribuan di antara mereka telah melarikan diri dengan melintasi perbatasan ke Thailand dan India.

Gambar Viral

Di negara bagian Kayah, di mana pertempuran telah memanas, Banyar Khun Naung, direktur kelompok nirlaba Karenni Human Rights Group, mengatakan sedikitnya 50 orang telah hilang.

Kelompok itu berusaha membantu keluarga mencari kerabat mereka dengan menanyakan orang-orang yang baru saja dibebaskan tentang nama-nama yang mereka ingat selama di penjara.

“Keluarga orang-orang yang hilang sangat menderita, khususnya mental, karena tidak mengetahui di mana orang-orang yang mereka cintai adalah hal yang melelahkan,” kata dia.

Myint Aung, yang berusia di atas 50 dan kini tinggal di sebuah kamp bagi pengungsi di Kayah, mengatakan putranya Pascalal yang berusia 17 tahun hilang pada September.

Remaja itu mengatakan kepada ayahnya akan mengunjungi rumah mereka di Loikaw, ibu kota negara bagian itu, untuk melihat-lihat situasi, namun dia kemudian tak pernah kembali, kata Myint Aung.

Ternyata, menurut penduduk desa setempat, dia ditahan oleh pasukan keamanan, kata Myint Aung kepada Reuters lewat telepon. Ketika dia mendatangi kantor polisi untuk membawakan makanan, dia melihat tentara menjaga kawasan itu dan dia melarikan diri.