Dari hasil intrograsi petugas, pelaku mengakui akan menjual satu set tulang itu seharga Rp12 juta dan apabila berhasil akan dilanjutkan dengan jual beli bagian tubuh satwa berupa dua lembar kulit harimau dengan harga yang disepakati sebesar Rp150 juta.
“Pengakuan pelaku, barang tersebut dikuasai para pelaku sudah selama hampir empat bulan dan akan dijual dengan harga yang disepakati,” ujarnya.
Setelah itu, tim melakukan pengembangan dengan membawa pelaku ke tempat penyimpanan dua lembar kulit harimau di rumah di daerah Situak Barat, Pasaman Barat.
Namun ternyata teman pelaku yang menyimpan kulit harimau tersebut melarikan diri.
“Kedua pelaku telah ditetapkan tersangka dan saat ini sudah ditahan di Polres Pasaman Barat,” katanya.
Pelaku melanggar Pasal 21 ayat 2 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan sanksi ancaman pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp100 juta.
Ia menegaskan tim gabungan masih akan terus mengembangkan keterlibatan para pelaku lain dalam jaringan perdagangan satwa dilindungi itu.
Sementara itu, katanya, Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono telah memerintahkan kepada Tim BKSDA untuk melakukan pendalaman terkait asal usul barang bukti yang diamankan karena pada pertengahan Juli 2021 BKSDA mengevakuasi seekor harimau dari lokasi perkebunan dan masih berusia muda.
Tidak tertutup kemungkinan barang bukti ini berasal dari induk atau saudara dari harimau yang dievakuasi itu, katanya. (*)
Pewarta: Antara
Redaktur: Muhammad Bunga Ashab