“Travel Bubble” Versus “Travel” Omicron

Sandiaga Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf RI), Sandiaga Uno bersama Gubernur Provinsi Kepri, Ansar Ahmad dan Plt Bupati Bintan, Roby Kurniawan saat berkunjung di Pelabuhan BBT Lagoi. (Foto:Andri DS/Ulasan.co)

Lalu lalang orang dari luar daerah, termasuk Jakarta dan Pulau Jawa ke Kepri melalui Bandara Hang Nadim Batam dan Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang sampai sekarang masih tinggi.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Panjaitan memimpin rapat koordinasi penanganan COVID-19 secara virtual, dua hari lalu mengeluarkan empat maklumat yang disiarkan di laman resmi, sehari kemudian yakni;

1. Puncak gelombang Covid-19 Omicron terjadi pertengahan Februari atau awal Maret. Meski gejala dan dampaknya ringan, namun tetap berpotensi membebani kapasitas sistem kesehatan. Upaya flattering the curve harus dilakukan untuk mengurangi beban sistem kesehatan. Kuncinya adalah penegakan protokol kesehatan dan akselerasi vaksinasi,

2. Mengingat sebagian kasus terjadi di Jabodetabek, maka Gubernur, Pangdam, Kapolda DKI, Banten, Jawa Barat dan jajaran Forkominda kabupaten/kota untuk akselerasi vaksinasi booster di kabupaten/kota dengan tingkat capaian vaksinasi yang sudah tinggi,

3. Untuk sementara, kasus konfirmasi selain DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat relatif terjaga. Namun, mengingat Jabodetabek merupakan pusat mobilitas, penyebaran kasus ke provinsi lain dapat terjadi dengan cepat. Oleh karenanya, vaksinasi dosis kedua untuk lansia harus terus dikejar. Gubernur, Pangdam dan Kapolda Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur serta jajaran Forkominda untuk mengejar vaksinasi dosis 2 untuk umum dan lansia mencapai 70 persen. Vaksinasi anak-anak juga harus dikejar mengingat PTM sudah dilakukan 100 persen,

4. Gubernur, Bupati, dan Wali Kota agar mengurangi rapat fisik dan memberikan imbauan kepada masyarakat untuk menahan mobilitas keluar rumah dan berkumpul. Perkantoran juga diimbau untuk sebisa mungkin melakukan aktivitas “Work From Home”.

Bukan Solusi
Dunia pariwisata Bintan-Batam selain sangat butuh dibukanya “travel bubble”, juga perlu adanya laboraturium kesehatan yang dapat mendeteksi kasus virus corona varian omicron, kata Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Kepulauan Riau, Sahat Sianturi.

Menurutnya, “travel bubble” atau gelembung perjalanan pariwisata Bintan-Batam-Singapura bukan solusi yang tepat meningkatkan pariwisata di Nongsa, Kota Batam dan Lagoi, Kabupaten Bintan di tengah ancaman virus omicron.

“Kenapa terlalu diharapkan sekali travel bubble dalam kondisi yang belum memungkinkan? Kenapa saya katakan belum memungkinkan? Karena kasus COVID-19 di Singapura masih tinggi,” kata politisi yang diusung PDIP, di Tanjungpinang, Sabtu (22/01), dikutip dari antaranews.com.

Sahat menolak travel bubble Bintan-Batam-Singapura dijadikan sebagai satu-satunya solusi untuk menggairahkan sektor pariwisata di saat pemerintah sibuk menangkal omicron masuk ke Indonesia. Kecuali, pihak pengelola kawasan wisata di Lagoi, Bintan dan Nongsa, Batam dapat memastikan seluruh wisatawan asal Singapura tidak membawa COVID-19 ke daerah tersebut.