“Travel Bubble” Versus “Travel” Omicron

Sandiaga Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf RI), Sandiaga Uno bersama Gubernur Provinsi Kepri, Ansar Ahmad dan Plt Bupati Bintan, Roby Kurniawan saat berkunjung di Pelabuhan BBT Lagoi. (Foto:Andri DS/Ulasan.co)

Tanjungpinang – Gaung “travel bubble” kembali terdengar di telinga masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Provinsi Kepulauan Riau. Apakah istilah “gas” yang kerap disampaikan pemerintah pusat saat ini layak dipijak untuk menggairahkan sektor pariwisata di Bintan dan Batam?

Terlepas dari istilah tancap gas dan rem tersebut, isu “travel bubble” yang sempat lenyap pada akhir tahun lalu seiring dengan meningkatnya kasus COVID-19 di Singapura. Kini “travel bubble” kembali “mewabah” di saat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berkunjung ke Nongsa, Batam dan Lagoi, Bintan.

Jejak Sandiaga di Tanah Melayu tidak hanya menyisakan asa, melainkan juga sejumlah pertanyaan di tengah isu penyebaran Omicron, varian COVID-19, yang belakangan dikenal jauh lebih ganas menular. Pertanyaan selanjutnya, apakah memungkinkan duet pariwisata Singapura dengan Bintan atau Singapura dengan Batam dapat berjalan dalam paket “travel bubble” tersebut.

Sementara Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) melaporkan temuan kasus baru COVID-19 dalam empat hari terakhir (Senin-Kamis, 17-20 Januari 2022), yakni masing-masing mencapai angka 1.165, 1.448, 1.615, dan 1.472 kasus.

Jumlah kasus aktif COVID-19 di Batam sebanyak 11 orang, sedangkan Bintan nihil. Satgas Penanganan COVID-19 menetapkan Bintan dan Batam sebagai Zona Kuning atau risiko penularan rendah. Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 jumlah kasus aktif di Batam cenderung mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir.

Sampai saat ini pun otoritas Singapura belum memberi keterangan resmi terkait “travel bubble” di Bintan dan Batam, apakah negara itu menginjinkan warganya mengunjungi kedua daerah tersebut. Singapura juga masih memperketat perjalanan luar negeri bagi warganya, termasuk orang asing yang masuk ke negaranya harus menerapkan protokol kesehatan.

Kondisi berbeda dilakukan Sandiaga Uno ketika didampingi GM PT Bintan Resort Cakrawala Abdul Wahab dan Gubernur Kepri Ansar Ahmad di Lagoi. Mantan Cawapres pada Pilpres tahun 2019 itu mensimulasikan semua langkah yang akan dilakukan para wisman saat memasuki pelabuhan Bandar Bentan Telani. Sandiaga Uno mengecek bilik tes usap PCR, mencoba QR Code PeduliLindungi, pengecekan suhu tubuh, dan pemeriksaan keimigrasian.

Sandiaga mengatakan, kesiapan dan fasilitas Kepri, khususnya Kota Batam sudah cukup baik untuk dibukanya Travel Bubble Batam-Bintan-Singapura. Regulasi terkait “travel bubble” menurutnya telah dirampungkan dan kini tinggal diumumkan secara resmi.

“Insya Allah, Minggu depan, tanggal 24 Januari 2022 kita umumkan secara resmi,” katanya usai salat Jumat di Masjid Jabal Ar-Rafah, Nagoya, Batam, Jumat (21/1).

Baca juga: Sandiaga Uno: Bintan Siap Terapkan Travel Bubble

Bandar Bentan Telani, Lagoi, Bintan diestimasi selama penerapan travel bubble akan menerima 500 orang wisman dari Singapura dalam 8 kali trip perjalanan per harinya. Sebelum masa pandemi, Bandar Bentan Telani mampu menerima 2.400 orang wisman dalam 12 kali trip perjalanan per harinya.

Menparekraf Sandiaga Uno menyatakan jika kawasan Bintan Resort sudah siap untuk memulai travel bubble yang akan segera diumumkan pemerintah.

“Saya nyatakan di sini Bintan siap untuk travel dan bubble. Nanti saya laporkan ke Menko Ekonomi, biar segera diumumkan,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno.

Berdasarkan data, laboraturium kesehatan di Kepri belum memiliki kemampuan untuk mendeteksi omicron. Sample pasien COVID-19 harus didistribusikan ke Kemenkes untuk mengetahui apakah terinfeksi omicron, delta atau varian lainnya.

Baca juga: Travel Bubble Bintan-Batam Butuh Laboraturium

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku telah menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo mengenai prediksi puncak kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia. Prediksi itu didasarkan pada keadaan penularan Omicron di beberapa negara, di mana kasus akan mencapai puncaknya pada 35-65 hari sejak awal lonjakan.

“Beberapa negara sudah mengalami puncak kasus omicron dan puncak tersebut dicapai secara cepat dan tinggi, waktunya berkisar 35-65 hari,” kata Budi dalam keterangan pers yang disampaikan secara virtual, Minggu (16/1/2022).

“Indonesia pertama kali kita teridentifikasi (Omicron) pertengahan Desember, tapi kasus kita mulai naik awal Januari. Nah, antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan cukup cepat dan tinggi,” imbuh Budi, dilansir dari kompas.com.