15 Orang Demonstran Tewas Ditembak Aparat di Sudan

15 Orang Demonstran Tewas Ditembak Aparat di Sudan
Arsip - Pengunjuk rasa membawa spanduk dan bendera nasional saat melakukan aksi protes menentang kudeta militer Sudan baru-baru ini dan penggulingan pemerintah sipil di jalan-jalan ibu kota Khartoum, Sudan, 30 Oktober 2021. (ANTARA/Reuters/as)

Khartoum – Sedikitnya 15 orang demonstran tewas ditembak aparat keamanan saat turun ke jalan di Sudan, selain itu puluhan warga lainnya mengalami luka-luka pada Rabu.

Peristiwa itu menjadi insiden paling mematikan dalam serangkaian aksi protes selama sebulan terakhir untuk menentang kekuasaan militer.

Para demonstran yang berunjuk rasa menentang kudeta 25 Oktober di ibu kota Khartoum, Bahri dan Omburman, itu menuntut agar kekuasaan sepenuhnya diserahkan kepada otoritas sipil.

Aparat menembakkan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa di ketiga kota, dan komunikasi selular diputus, kata sejumlah saksi.

Mereka yang terluka adalah demonstran dan petugas polisi, kata stasiun TV negara. Mereka juga menuntut agar para pemimpin yang mendalangi kudeta diseret ke pengadilan.

“Pasukan kudeta menggunakan banyak peluru tajam di sejumlah kawasan ibu kota dan ada puluhan korban luka-luka, beberapa di antaranya dalam kondisi serius,” kata Komite Pusat Dokter Sudan, kelompok yang bergabung dengan para pemrotes.

Korban meninggal sebagian besar ada di Bahri, kata mereka.

Komite dokter itu dan serikat-serikat lainnya mengatakan dalam pernyataan bahwa petugas keamanan mencoba merazia sebuah rumah sakit di Omdurman dan mengepung RS lainnya, melepaskan gas air mata dan memblokade akses pasien.

Hal yang sama juga terjadi di Bahri, kata seorang demonstran.

Seorang saksi mengatakan mereka melihat aparat mengejar demonstran untuk ditangkap hingga ke permukiman.

“Kami belum pernah mengalami kekerasan di Bahri seperti hari ini, bahkan di masa rezim lama,” kata seorang demonstran.

Dia mengatakan udara penuh gas air mata dan aparat keamanan menggunakan peluru tajam hingga Rabu malam.

Sebagai balasan, demonstran membuat barikade sehingga jalan-jalan menjadi lengang, kata seorang saksi.

“Orang-orang kini ketakutan,” kata seorang pengunjuk rasa di Omdurman.

Baca Juga: Kudeta Militer di Sudan Diprotes, 7 Orang Tewas

Sebelumnya, di sebuah jalan utama Khartoum, demonstran membakar ban dan meneriakkan yel-yel “Rakyat semakin kuat, dan mundur sudah mustahil.”

Pengunjuk rasa lain membawa gambar-gambar korban tewas dalam sejumlah aksi protes sebelumnya.

Mereka juga membawa foto Abdalla Hamdok, perdana menteri sipil yang ditangkap dalam kudeta.

“Legitimasi datang dari jalan, bukan meriam,” tulis sebuah poster yang dibawa demonstran.

Gambar-gambar aksi protes di kota-kota lain, seperti Port Sudan, Kassala, Dongola, Wad Madani dan Geneina, beredar di media sosial.

Sejumlah besar pasukan keamanan dikerahkan ke jalan-jalan utama dan persimpangan, sementara jembatan-jembatan di atas Sungai Nil ditutup, menurut beberapa saksi.

Belum ada komentar dari pihak keamanan.

Sebelumnya, pemimpin militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan aksi damai diperbolehkan dan militer tidak membunuh demonstran.

Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Afrika Molly Phee mencuit: “Saya sedih dengan laporan kekerasan dan hilangnya nyawa hari ini di Sudan.”

Pemerintah AS, kata dia, mengutuk kekerasan terhadap pemrotes damai dan menyerukan penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia di negara Afrika itu.

Phee bertemu Hamdok selama kunjungannya ke Khartoum pada Selasa untuk membahas cara untuk memulihkan transisi demokrasi di Sudan.

Kudeta pada 25 Oktober itu mengakhiri koalisi sipil-militer di Sudan sejak penggulingan Omar al-Bashir pada 2019.

Kendati ditekan Barat dengan penangguhan bantuan ekonomi, upaya mediasi menemui kebuntuan. Insiden pada Rabu itu menambah jumlah kematian jadi 39 orang sejak kudeta, menurut data komite dokter. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *