Jakarta, Ulasan.Co – Harga emas diprediksi bisa menembus Rp 800 ribu per gram hingga akhir tahun. Sebab, pelemahan makroekonomi global diprediksi masih berlanjut sehingga masyarakat mencari alternatif investasi yang lebih aman.
CEO PT Tamasia Global Sharia Muhammad Assad menuturkan isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang mempengaruhi perekonomian global membuat imbal hasil instrumen pasar modal tidak menentu. Tak ayal, masyarakat cenderung mencari instrumen investasi lain yang tidak rentan terpengaruh kondisi tersebut, yakni emas dan tanah
Permintaan yang tinggi menyebabkan harga emas terus meroket dalam dua bulan terakhir. Mengutip data PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, harga emas pada 1 Mei 2019 tercatat Rp 613.600 per gram. Namun, pada hari ini, harga emas tercatat di angka Rp 708.600 per gram, atau naik 15,48 persen dalam waktu tiga bulan saja.
“Karena semua investor pada pindah ke emas, bukan tidak mungkin nanti harga emas bisa menembus Rp800 ribu per gram. Bahkan, jika merunut pada tren tiga bulan terakhir, harga emas seharusnya bisa di kisaran Rp 825 ribu hingga Rp 850 ribu per gram di akhir tahun nanti,” tutur Assad, Kamis (15/8/2019), sebagaimana dilansir oleh Batamtoday.com.
Harga emas, lanjut dia, mudah meningkat lantaran kenaikan permintaan tak mampu diimbangi oleh pasokan yang terbatas. Menurut Assad, selama nuansa ketidakpastian meliputi perekonomian, seharusnya permintaan emas akan terkerek dan menyebabkan harganya terus berkibar.
Terlebih, bank sentral AS The Federal Reserves juga diprediksi memangkas suku bunga acuannya lagi di semester ini, yang seharusnya juga diikuti oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Jika suku bunga acuan turun, maka imbal hasil investasi pasar modal juga ikut turun. Walhasil, minat investor untuk menggenggam emas bisa semakin kuat.
Namun, menurutnya, kondisi makroekonomi yang tidak stabil bukan satu-satunya penyebab kenaikan harga emas. Assad bilang, emas kini juga diminati kaum milenial yang punya pola investasi cukup agresif, di mana mereka berharap bisa mendapat cuan yang tinggi hanya dalam waktu singkat.
“Jadi bisa dibilang, kalau mau cepat kaya, beli emas yang banyak sekarang dan jual kira-kira tiga bulan lagi,” paparnya.
Kenaikan harga emas, lanjut Assad, tentu juga akan mempengaruhi kinerja perusahaannya. Tamasia, yang merupakan salah satu platform penjual emas digital, kini sudah memiliki 200 ribu pengguna dengan jumlah transaksi yang terus meningkat. Hanya saja, ia enggan menyebut persentase kenaikan transaksinya secara tahunan (year-on-year).
“Kami tak bisa disclose (ungkap) nilai transaksinya, tapi kami berharap bisa meningkatkan user (pengguna) hingga 500 ribu hingga akhir tahun nanti,” jelas dia.
Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus Lumintang juga punya pendapat yang sama. Menurut dia, harga emas di akhir tahun bisa mencapai US$ 1.575 per troy ounce dari saat ini US$ 1.511 per troy ounce. Jika kurs rupiah masih di kisaran Rp 14.200 per dolar AS, bukan tidak mungkin harga emas menyentuh Rp800 ribu.
“Memang kondisi makroekonomi yang tidak menentu, (membuat) orang mulai mencari instrumen investasi yang safe haven (aman). Apalagi, kenaikan harga emas ini mengalahkan tingkat inflasi, jadi makin diminati,” jelas dia.
Sumber: Batamtoday.com