JAKARTA – Badan Intelijen Mossad dari Israel adalah intelijen terbaik kedua dunia, dan terkenak lewat sejumlah operasi rahasianya di belahan dunia.
Mossad sudah malang melintang beroperasi di seluruh dunia, dan bahkan mereka dikenal hebat dalam menjalankan misi rahasia hingga aksi kejamnya.
Aoperasi Mossad paling terkenal terjadi di Uganda 4 Juli 1976, kala itu penerbangan 139 Air France dibajak kelompok perlawanan Palestina.
Pesawat yang dibajak tersebut dibawa ke lanud Entebbe, Uganda. Mossad pun mengetahui, ada beberapa warga Israel yang disandera di dalam pesawat tersebut.
Alasan kenapa pesawat dibawa ke Uganda, lantaran negara itu mendukung gerakan perlawanan Palestina dan melindunginya.
Mengetahui hal itu, lantas Mossad langsung melakukan perembesan ke Entebbe. Mereka mengumpulkan informasi dimana mencapai sebuah solusi bahwa pembebasan sandera ialah cara paling tepat.
Operasi pembebasan cuma bisa dilakukan melalui udara, dengan serangan komando Sayeret Matkal.
Mossad pun akhirnya merancang operasi Entebbe dimana tanggal 1 Juli 1976, yang merupakan peringatan terakhir untuk pembajak wargsa Israel menggunakan cara lembut, setelahnya jalan kekerasan dengan bersenjata.
Setelah itu operasi Entebbe dilaksanakan, Mossad memandu serangan di bandara itu dengan cermat. Hasilnya operasi Entebbe sukses dilakukan.
Mengingat rekam jejak cemerlang Mossad, maka tak heran banyak negara yang menaruh respek sebagai badan intelijen hebat termasuk Indonesia.
Meski Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel, namun nyatanya personel Mossad pernah ke Tanah Air.
Awalnya bermua di tahun 1965, seorang Asisten Intelijen dari Polisi Militer (PM) Indonesia, Kolonel Nicklany membentuk sebuah unit intelijen khusus yang diberi nama Detasemen Pelaksana Intelijen Militer (Den Pintel Pom).
Tugas dari Den Pintel Pom cukup sederhana dan lugas, yaitu berangus semua agen mata-mata negara asing di Indonesia terutama mata-mata dari negara Komunis, harus disikat tanpa ampun.
Untuk mengefektifkan operasi, Den Pintel Pom membentuk Satuan Khusus Pelaksana Intelijen (Satsus Pintel/Intel) beranggotakan 60 personel pada 16 November 1968.
Masalah pendanaan yang kurang memadai, seorang agen CIA bernama Ed Barbier mendatangi Nicklany di Markas PM Indonesia.
Ed Barbier memberi penawaran kepada Nicklany, bahwa AS akan membantu dari segi kelengkapan dan pendanaan operasi Satsus Intel menangkan agen mata-mata Komunis.
Kemudian pada praktiknya nanti, CIA akan mengirim praktisi intelijen dari Mossad berkewarganegaraan Inggris bernama Anthony Tingle, untuk memberikan pelatihan kepada Satsus Intel.
Tingle biasa disebut agen intelijen robot, akhirnya datang selama mengajar 60 personel Satsus Intel selama 4 pekan di Cipayung, Jakarta Timur.
Selama mengajar, Tingle sama sekali tak menunjukkan ekspresi sedih, tersenyum, apalagi humor. Ekspresinya datar-datar saja.
Pada era itu, Pangkopkamtib yang dijabat Jenderal TNI Soemitro Sastrodihardjo dalam bukunya, ‘Dari Pangdam Mulawarman Sampai Pangkopkamtib mengakui adanya keterlibatan agen Mossad melatih Satsus Intel Indonesia’.
“Kami mengadakan hubungan dengan Mossad dan MI6 Inggris,” kata Soemitro.
Dalam buku, Soemitro menjelaskan menjalin hubungan dengan Mossad karena kebutuhan Indonesia untuk memberangus gerakan G30S PKI.
“Saya benarkan waktu itu mengadakan hubungan dengan Israel adalah intelijen Indonesia. Itu sehubungan dengan usaha penumpasan PKI. Dalam hal ini Pak Sutopo Yuwono, Pak Kharis Suhud dan Nicklany,” ungkapnya.
Agen intelijen Indonesia memang pernah dilatih Mossad Israel, adalah sebuah fakta mengagetkan.