IndexU-TV

AJI Gelar IFCS di Palembang, Menakar Kepercayaan Publik pada Media

Suasana acara IFCS 2024 yang digelar AJI di Palembang, Kamis (02/05/2024). (Foto:Dok/AJI)

Narasumber ketiga Anastasya Adriarti, membacakan riset berjudul Dinamika Newsroom di Indonesia melawan produksi dan reproduksi informasi palsu.

Lewat lima media masing-masing di Makassar, Jakarta, Medan dan Surabaya, Anas menemukan simpulan jika jurnalisme masih berfungsi sebagai lembaga penjernih informasi di Indonesia.

Sementara Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Profesor Masduki merespons paparan riset dari akademisi yang di antaranya juga praktisi atau jurnalis.

Bersumber dari dana hibah dari tiga Lembaga, yaitu AJI, Mafindo dan Google Initiative, Masduki menyebut riset yang muncul melibatkan dua profesi dengan tradisi berbeda yaitu jurnalis dan akademisi, serta bersifat otokritik pada praktik cek fakta bagi jurnalis.

“Maka grant ini harus diperjuangkan kelanjutannya,” katanya.

Hasil riset yang melibatkan 10 kelompok riset juga akan diterbitkan dalam bentuk buku.

Masduki melanjutkan, temuan dari riset 10 kelompok penerima hibah, membuka peluang riset selanjutnya. Dengan menempatkan konten cek fakta sebagai hasil disinformasi atau tindakan yang disengaja, riset selanjutnya bisa mempertanyakan kepemilikan platform sumber disinformasi serta data tentang ekosistem pendanaan cek fakta. “Jadi akan diketahui, apakah ini given atau bagian dari gerakan yang dilakukan oleh siapa dan untuk kepentingan apa,” imbuhnya.

Indonesia Fact Checking Summit (IFCS) adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan bergantian antara Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan didukung Google News Initiative.

Kegiatan IFCS menjadi ajang bertemu para pemeriksa fakta untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Pada tahun 2024, IFCS menjadi giliran AJI dan menjadi rangkaian kegiatan menujut Kongres XII AJI 2024.

Exit mobile version