Aktivis Tanjungpinang Prihatin Terhadap Pelemahan KPK

Mahasiswa nobar film The End Game di Sekretariat HMI Tanjungpinang-Bintan, Sabtu (5/6). (Foto: Engesti)

Tanjungpinang – Perdebatan yang tak kunjung usai terkait Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dan status kepegawaian di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dinilai tidak menguntungkan bagi lembaga tersebut mendapat perhatian dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk para aktivis Tanjungpinang.

Aktivis sekaligus Ketua Komunitas Lingkar Literasi Tanjungpinang Beni Oloan merasa prihatin. Menurutnya, revisi Undang-undang (UU) KPK adalah bagian dari berbagai macam upaya yang dilakukan DPR bersama pemerintah untuk melemahkan KPK.

“Ini sudah terancang, pelemahan KPK yang memang kita tidak tahu siapa di belakangnya,” kata Beni pada saat kegiatan Nobar (Nonton Bareng) flim KPK End Game di Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Tanjungpinang Bintan, Sabtu (5/6) malam.

Baca juga: Pernyataan Sikap : Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kecam Upaya Pelemahan KPK

Beni mengatakan, dengan penetapan pegawai pada lembaga Antirasuah itu menjadi ASN merupakan bentuk pelemahan.

“Kita tahu fungsi ASN itu harus patuh sama atasannya. Jadi, pekerjaan KPK akan semakin lemah. Yang kita tahu bahwa KPK kan bekerja independen,” ungkapnya.

Ia berharap dengan ditetapkannya pegawai baru KPK yang sekarang bisa bekerja sebagaimana yang diharapkan masyarakat.

“Semoga pegawai KPK yang baru bisa bekerja seperti apa yang di harapkan masyarakat,” imbuhnya.

Berbagai dukungan kepada 75 pegawai KPK yang dinyatakan tidak memenuhi syarat terus diberikan oleh kelompok masyarakat dan mahasiswa, khususnya di Kepulauan Riau.

Ketua Umum Cabang Tanjungpiang-Bintan Hendri memberikan apresiasi kepada watch doc, sebuah rumah produksi audio visual. Sebab, melalui film KPK The End Game dapat memberikan stimulus kepada masyarakat Indonesia agar tahu fakta-fakta kelam yang terjadi di KPK.

“Dari flim ini kita tahu fakta-fakta kelam KPK dari ancaman pelemahan,” tuturnya.

Selain itu, dukungan lainya juga diberikan oleh Dandhy Laksono melalui film dokumenter The End Game. Dikutip dari Kompas.com, Dandhy melakukannya karena khawatir akan rusaknya demokrasi akibat produksi informasi yang menyesatkan tentang KPK.

Melalui film ini, ia menampilkan kesaksian orang-orang yang tidak muncul di media karena memiliki tugas dan tanggung jawab dalam penyelidikan dan penyidikan, sehingga tidak dapat tampil di depan umum.

Dalam film ini, mereka dipaksa tampil untuk menjelaskan kepada publik, informasi yang telah terdistorsi. Film ini tidak hanya berbicara kepada pemerintah dan negara, tetapi juga kepada orang-orang pemilik republik.

Pewarta: Engesti
Redaktur: Albet