Amerika Tuduh Perusahaan Surabaya Pasok Komponen untuk Drone Shahed Iran

Drone Shahed-136 ketika terbang di atas Kyiv, Ukraina pada serangan 17 Oktober 2022 oleh Rusia. (Foto:Dok/Sergei Supinsky/AFP/Getty Images)

JAKARTA – Otoritas Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan Surabaya Hobby, lantaran dituduh memasok secara ilegal komponen penting untuk drone tempur milik Iran, Shahed.

Perusahaan asal Surabaya milik pengusaha Indonesia, Agung Surya Dewanto tersebut dilaporkan telah memasok 100 unit motor servo sebagai komponen produksi kendaraan udara nirawak (UAV).

Sebanyak 100 unit motor servo itu dikirimkan kepada pemesannya yakni perusahaan Pishgam Electronic Safeh Company (PESC) di Iran.

Dalam laporan Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan (OFAC) AS itu, PESC disebut sebagai perusahaan yang ditunjuk untuk menyediakan motor servo bagi Pasukan Udara Korps Pengawal Revolusi Iran, bernama Islamic Revolutionary Guard Corps Aerospace Force Self Sufficiency Jihad Organization (IRGC ASF SSJO) dan program UAV-nya.

AS juga menyebut, pesawat udara nirawak hasil produksi IRGC Iran itu didistribusikan ke kelompok-kelompok teroris di Timur Tengah, dan Rusia dalam perang Ukraina.

Sanksi tersebut dikeluarkan oleh Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) AS. OFAC, merupakan lembaga yang bertanggung jawab untuk menerapkan sanksi ekonomi AS, terhadap negara-negara dan individu yang dianggap mengancam keamanan nasional AS.

Motor servo adalah komponen penting dalam drone Shahed 136 buatan Iran. Komponen vital ini, berfungsi untuk menggerakkan sayap dan ekor drone.

Selain itu, alat tersebut memiliki peran penting pada drone dalam memberikan kinerja penerbangan yang stabil dan presisi.

Akibatnya, melansir dari Artik, sanksi OFAC, aset dan kepentingan Surabaya Hobby CV di AS akan dibekukan. Selain itu, warga AS juga dilarang melakukan transaksi dengan perusahaan tersebut.

Detail drone kamikaze buatan Iran, Shahed 136. (Foto:Dok/3Dexport)

Melansir dari BBC, Agung Surya Dewanto membantah laporan tersebut. “Tidak benar, dan tidak pernah kirim ke perusahaan tersebut (PESC) atau ke negara Iran,” kata Agung, Selasa 16 Januari 2024.

Agung mengaku, dirinya memang pernah menjual komponen drone ke luar negeri. Tapi menurutnya, kemungkinan alat-alat itu disalahgunakan, dan dijual oleh para pembelinya ke Iran.

Selain Indonesia, OFAC AS juga menjatuhkan sanksi kepada entitas dan individu yang berbasis di Iran, Malaysia, dan Hong Kong lantaran diduga mendukung produksi drone tempur milik Iran.

Peneliti pertahanan dan intelijen dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Diandra Megaputri Mengko mengatakan, pola perdagangan senjata dan komponennya seperti yang terungkap dalam laporan AS itu bukan lah hal yang baru.

“Ini kerap terjadi baik di Indonesia maupun negara lain, melalui broker dan lain sebagainya. Apabila ditemukan indikasi yang mengarah sesuai laporan AS maka perlu ada tindak lanjut dan penanganan bagi sistem perizinan (ekspor) di Indonesia, mungkin itu evaluasi bagi pemerintah,” ujar Diandra Megaputri Mengko, dikutip dari detik.

Sekilas tentang Shahed, adalah drone tempur kamikaze yang sudah teruji keandalannya di medan perang Ukraina. Drone tersebut memiliki tingkat akurasi dan berdaya ledak tinggi.

Drone tersebut di pasok Iran untuk membantu meningkatkan serangan tempur pasukan Rusia, dalam menghadapi pasukan Ukraina.

Lantaran sudah banyak korbannya, Shahed sebelumnya telah sukses menghancurkan kendaraan lapis baja angkut personel, baterai roket, hingga instalasi radar Ukraina.

Tak heran, keberadaan drone bunuh diri (Kamikaze) ini amat menakutkan bagi pasukan Ukraina.