Mobil tersebut tidak hanya membawa orang yang meninggal, tapi yang sakit juga ia bawa.
Bahkan jika yang sakit tidak ada biaya untuk berobat ia akan bayarkan, yang meninggal tidak punya biaya pemakaman ia tanggung.
Jika keluarga di luar Batam ingin memulangkan jenazah, maka ia bayarkan ongkos pengirimannya.
“Saya tak pandang dia agamanya apa, mereka semua umat tuhan. Bagi nasrani tak punya uang untuk membeli peti, maka saya belikan petinya. Bagi saya menolong orang tak perlu saya tanya dulu apa agamanya, sukunya apa,” kata bang Apok.
Awal April 2019 lalu, setelah pulang dari tempat pemungutan suara (TPS) ia mencari marketing Suzuki di internet.
Setelah ia temukan, lalu ia hubungi marketing tersebut yang berada di bilangan Kelapa Gading.
Meski membeli di tempat yang jauh, dia tidak merasa takut akan ditipu oleh orang tersebut.
“Saya bilang ke marketing itu, kalau saya mau beli ambulans, tapi saya cicil dulu. Dia bilang tidak apa-apa,” katanya.
Lalu ia pun membuat proposal untuk pengadaan mobil tersebut, karena ia tidak paham bagaimana mengoperasikan laptop atau komputer.
Ia meminta salah satu tempat fotokopi untuk membuatkan kata-kata yang sudah ia siapkan.
Namun, orang tersebut menolak karena takut proposal tersebut untuk peipuan.
Ia akhirnya meminta tolong pada keponakannya, untuk mengetik bahan proposal tersebut.
Proposal ia cetak sebanyak 30 buah, ia bagikan dengan orang terdekat yang ia kenal.
Ia sangat percaya kekuatan doa.
“Ya Tuhan, tunjukkan kepadaku siapa saja umatmu yang pantas kuberi proposal ini. Bukan hati mereka,” kata Apok dalam doanya.
Bulan Juli 2019 uang yang terkumpul Rp20 juta, ia langsung setorkan kepada marketing tersebut.
Lalu ia pun membeli sebuah nomor telepon khusus untuk ambulans tersebut, yang ia siapkan untuk diletakkan di mobil tersebut nantinya.
Bang Apok dengan beberapa temannya juga ikut patungan.
Akhir Agustus 2019, uang yang sudah terkumpul saat itu RP110 juta, ia setorkan kembali ke marketing tersebut.
