AS Mulai Bosan Pasok Senjata hingga Tentara Ukraina Kehilangan Semangat Tempur

Prajurit Ukraina berdiri di parit dekat posisi mereka di dekat kota Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina timur. (Foto:AFP)

JAKARTA – Amerika Serikat (AS) dikabarkan mulai bosan, karena terus menerus memasok persenjataan kepada Ukraina untuk perang melawan Rusia.

Padahal AS merupakan pemasok utama persenjataan, untuk membantu negara Eropa Timur tersebut yang sedang diinvasi Rusia. Mengapa demikian?.

Menurut Douglas Mackinnon, eks asisten khusus untuk kebijakan dan komunikasi di Pentagon mengatakan, AS saat ini mulai “bosan” dengan permintaan yang terus diajukan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Melalui artikel opininya, MacKinnon mengutip sumber yang mengungkapkan, bahwa Presiden AS, Joe Biden sempat ‘mengecam’ Zelensky pada Juni 2022 lalu.

Biden disebut mengatakan kepada Zelensky bahwa Kyiv seharusnya lebih menunjukkan rasa terima kasih atas miliaran bantuan yang diterima dari AS melalui rakyat Amerika.

Dilansir Sputniknews, ketika ditanya mengenai bantuan AS ke Ukraina, seorang mantan pejabat tinggi Pentagon mengatakan kepada MacKinnon , bahwa dukungan Barat bukan berarti tidak terbatas.

Baca juga: Ukraina Terus Mengeluh Minta Senjata, Inggris: Kami Bukan Toko Amazon

“Zelensky bertingkah seperti anak manja, dan pemarah yang ingin mendapatkan semua yang dia inginkan dan itu masih belum cukup,” kata MacKinnon.

Dia menambahkan, “Banyak pihak di pemerintah AS dan banyak warga negara kita mulai bosan dengan tindakannya.”

Menurut MacKinnon, semakin banyak orang Amerika yang tak lagi mendukung bantuan AS yang berkelanjutan ke Kyiv. Dia menduga tren ini kemungkinan akan terus berlanjut, karena banyak warga AS yang lebih memikirkan konsekuensi dari perang.

Ungkapan serupa sebelumnya juga dilontarkan Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace terkait permintaan pasokan senjata oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky di KKT NATO, Rabu (12/07) kemarin.

Wallace menanggapi Zelensky dengan menegaskan, bahwa Inggris dan sekutu Ukraina lainnya bukan lah toko “Amazon”.

“Anda tahu, kami bukan Amazon,” papar Wallace mengacu pada perusahaan market place raksasa Amerika.

Tentara Ukraina Kehilangan Semangat Tempur

Pasukan Ukraina juga dilaporkan telah mengalami penurunan semangat dan moral, untuk berperang di saat serangan balasan mereka ke wilayah yang diduduki Rusia mengalami kegagalan.

“Setiap seratus meter tanah yang kami peroleh berarti 4 hingga 5 prajurit infanteri yang telah meninggalkan barisan atau meninggal. Ini adalah kerugian rata-rata,” kata prajurit infanteri Ukraina yang tidak disebutkan namanya kepada The Kyiv Post.

Dia mengatakan, bahwa segera setelah mereka menyerang posisi Rusia, mereka menggunakan artileri untuk menghantam posisi kita dari depan ke belakang.

“Selama kita berdiri dan bertahan, kita dapat mengatakan tidak ada kerugian. Mungkin ada beberapa luka ringan. Begitu kita bergerak maju, ada kerugian yang lumayan. Hingga setengah unit untuk setiap kilometer yang kita tangkap, atau kira-kira 0,6 mil, dan belum tentu kita akan menahan kilometer ini nanti,” kata sumber tentara tersebut.

Prajurit yang bertempur di dekat Donetsk yang diduduki Rusia tersebut juga mengatakan, bahwa unitnya telah merebut dan kemudian kehilangan beberapa posisi pertahanan Rusia.

Tentara Ukraina saat bertempur di garis pertahanan Kota Bakhmut, Ukraina.
Baca juga: Selandia Baru Tuding China Biang Kerok Kawasan Pasifik Jadi Tidak Aman

Hal itu disebutnya, karena angkatan bersenjata Ukraina telah berlatih untuk menangkap tantara Rusia. Tetapi tidak berlatih menahan mereka dari serangan balik.

Selain itu, petugas medis tempur yang juga tidak menyebutkan namanya mengatakan kepada The Kyiv Post, bahwa Rusia diberi terlalu banyak pemberitahuan sebelumnya tentang serangan balasan Ukraina, yang berarti mereka telah dipersiapkan dengan baik.

Sementara pasukan Rusia bersiap menyebarkan ladang ranjau yang padat, yang berarti pasukan Ukraina bergerak dengan sangat lambat. Dia menambahkan, bahwa banyak sappers terbunuh saat mereka mendahului pasukan lainnya.

Selain menghadapi ranjau, tentara Ukraina juga menghadapi serangan dengan jebakan, serangan peluru, bom berantai, artileri, dan banyak lagi, kata tentara itu.

“Dalam satu bulan, kami hanya maju satu setengah kilometer. Kami bergerak maju beberapa inci, tapi menurut saya tidak sebanding dengan semua sumber daya manusia dan material yang telah kami keluarkan,” katanya.

Meskipun ada beberapa kasus moral yang memburuk di lapangan, para prajurit mengatakan, bahwa unit mereka masih bersedia untuk terus menyerang.

Kemudian The Times of London melaporkan, bahwa Ukraina menderita banyak korban, lebih sedikit orang yang terbunuh dari yang diperkirakan karena taktik hati-hati, dan kendaraan lapis baja berkualitas tinggi yang dipasok oleh sekutu Ukraina di Barat.