BKKBN Beri Tips Tekan Angka Stunting di Kepri

BKKBN Beri Tips Tekan Angka Stunting di Kepri
Ilustrasi latihan yoga ibu dan anak. (Antara/Shutterstock)

Batam – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Mediheryanto mengatakan, pihaknya tengah konsen menurunkan angka stunting di Kepri meski wilayah itu termasuk yang terendah se-Indonesia.

“Jadi kita (Kepri) termasuk rendah,” kata Mediheryanto di Batam, Kamis (10/9).

Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama Kehidupan. Anak cendrung lebih kerdil dibanding anak seusianya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, angka stunting di Provinsi Kepri berkisar 16,82 persen pada tahun 2019.

“Makanya kita konsen sekali untuk percepatan penurunan stunting,” ungkapnya.

Baca juga: 517 Balita di Natuna Alami Stunting, Salah Orang Tua?

Kendati demikian, Mediheryanto mengingatkan agar masyarakat jangan terlena supaya tidak terjadi lonjakan besar kasus stunting. Dirinya menargetkan, ditahun 2024 Kepri akan nol kasus stunting.

Ia membeberkan beberapa cara untuk mencegah stunting. Pertama, remaja yang berkeinginan menikah harus diberikan pembekalan.

“Pembekalan dan ini akan menjadi PR (Pekerjaan rumah) juga bagi pendamping stunting,” tuturnya.

Kedua, calon pengatin harus melaporkan diri ke Kantor Urusan Agama (KUA) sebelum pernikahan.

“Ini harus dilakukan pendampingan keluarga. Kenapa perlu didampingi karena pada saat nikah harus dalam keadaan sehat. Jadi bisa di periksa dulu,” katanya.

Baca juga: Rahma Dukung Pelaksanaan Pendataan Keluarga dan Penurunan Stunting

Ketiga, pengawalan ibu hamil harus dilakukan. Katanya, minimal empat kali melakukan pemeriksaan.

“Lalu, memastikan ibu hamil mengkonsumsi nutrisi yang cukup. Karena kalau ibu tidak hamil mengkonsumsi gizi yang cukup ini yang mengakibatkan stunting pada anak nanti,” katanya.

Keempat, cukupnya nutrisi untuk ibu menyusui agar kandungan gizi di dalam air susu ibu (ASI) itu cukup dan si ibu selama 6 bulan pertama harus memberikan ASI ekslusif jadi murni.

“Tidak boleh ada makanan tambah,” imbuhnya.

Terakhir, Pola asuh anak harus baik. Anak balita harus di kawal, karena hal ini sensitif sekali. Pola tidur dan asuhnya harus benar.

“Banyak kejadian lahir normal karena pola asuhnya tidak baik jadi stunting dan sakit-sakitan,” ujarnya.

“Kelima pencegahan ini harus dilakukan. Sebab pencegahan lebih baik dibanding jika sudah terjadi,” pungkasnya.

Pewarta: Engesti
Redaktur: Albet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *