Jawa Barat – Dua jembatan gantung putus terseret arus sungai di Cianjur, Jawa Barat. Akibatnya, aktifitas warga di lima desa di Kecamatan Cidaun, lumpuh total karena tidak ada jalan alternatif.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur mencatat dua jembatan gantung di wilayah selatan Cianjur. Jembatan putus itu merupakan akses utama antardesa dan kecamatan warga setempat.
Sekretaris BPBD Cianjur, Rudi Labis, di Cianjur, Jumat (24/12), mengatakan, putusnya dua jembatan gantung terjadi Jumat dini hari, akibat derasnya air Sungai Cimaragang yang membentang di Kecamatan Cidaun, saat hujan turun deras dengan intensitas tinggi sejak malam hari.
“Hujan turun deras sejak malam hingga pagi menjelang, membuat debit air di Sungai Cimaragang terus meluap dan arus menjadi deras. Akibatnya jembatan gantung yang berdiri di atas sungai putus, sehingga membuat aktifitas warga dari lima desa lumpuh total,” katanya.
Ia menjelaskan, dua jembatan gantung tersebut, Jembatan Datar Bolang dan Cisarakan yang menghubungkan Desa Neglasari, Cibuluh, Cimaragang, Karangwangi dan Gelarpawitan, putus dengan landasan jembatan sebagian besar terbawa arus sungai, sehingga akses utama warga hilang.
Sehingga pihaknya telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk membuat jembatan darurat agar warga di lima desa tidak terisolir karena jembatan tersebut merupakan akses utama warga untuk beraktifitas, terutama aktifitas perekonomian.
“Kita sudah berkoordinasi dengan dinas terkait agar segera membangun jembatan darurat, sebelum kembali membangun jembatan yang putus. Harapan kami, warga dapat beraktifitas kembali setelah jembatan sementara dibangun, sambil menunggu pembangunan kembali,” katanya.
Baca Juga: Jalan Antar kabupaten di Cianjur Masih Tertutup Longsor
Kepala Desa Gelarpawitan, Heri Kuswanto, mengatakan akibat ambruknya kedua jembatan yang menjadi akses utama itu, aktivitas warga di lima desa lumpuh total karena tidak ada jalan alternatif selain dua jembatan tersebut.
“Sekarang warga terpaksa menyeberangi sungai yang airnya deras saat ada keperluan baik menjual hasil bumi atau ada keperluan lainnya. Kami berharap segera dibangun jembatan darurat karena warga menantang maut ketika hendak beraktifitas,” katanya.
Jalan Tertutup Longsor
Jalan utama penghubung wilayah bagian selatan Cianjur, kembali terputus akibat longsor tebing setinggi 50 meter, tepatnya di Jalan Raya Sukanagara-Pagelaran.
Longsoran tebing tersebut mengakibatkan arus lalulintas juga terputus karena landasan jalan tertutup total.
Pengamat Ruas Jalan Sukanagara-Sindangbarang UPTD Dinas PU Binamarga Provinsi Jabar, Bubun Bunyamin, saat dihubungi, Jumat, mengatakan pihaknya langsung menurunkan alat berat yang sudah disiapkan sebagai upaya antisipasi terjadinya bencana alam terutama longsor.
“Longsor terjadi di ruas jalan utama Sukanagara-Pagelaran, di mana longsor tanah, batu dan pohon berukuran besar menutup seluruh landasan jalan sepanjang 15 meter dengan ketinggian longsor mencapai 4 meter, sehingga dibutuhkan alat berat,” katanya.
Hingga Jumat petang, ungkap dia, pihaknya masih melakukan pembersihan material longsor yang menutupi badan jalan, sehingga arus lalulintas terhambat dan diarahkan ke jalur alternatif dengan tujuan Pagelaran atau sebaliknya menuju Sukanagara dan Cianjur.
Pihaknya berupaya jalur dapat kembali dilalui menjelang malam, meski dengan sistem satu arah secara bergantian. Terlambatnya proses evakuasi longsoran karena terdapat pohon besar yang tumbang, sehingga menyulitkan alat berat bekerja maksimal.
“Kita sempat kesulitan karena ada pohon besar yang tumbang terseret longsor. Namun kita upayakan, menjelang malam jalur yang putus dapat dilalui kendaraan minimal satu arah bergantian,” katanya.
Keterangan warga sekitar, hujan deras dengan intensitas lebih dari 2 jam menyebabkan tebing setinggi 50 meter longsor, menutup seluruh landasan jalan milik provinsi itu. Tidak ada korban jiwa atau materil dalam kejadian tersebut, namun akses jalan menuju wilayah selatan terputus.
“Longsor cukup panjang dengan ketinggian mencapai 4 meter lebih, sehingga jalan utama menuju selatan Cianjur atau sebaliknya menuju Cianjur kota, tidak dapat dilalui sama sekali. Warga yang hendak menuju selatan atau sebaliknya terpaksa mengunakan jalur alternatif,” kata Lukman Hakim, warga Kecamatan Sukanagara. (*)