Fakta Misi Sulit Israel Menangkan Perang Lawan Hamas

Warga Palestina berdiri di atas tank Merkava milik pasukan pertahanan Israel yang dilumpuhkan pasukan Brigade Al Qassam sayap bersenjata Hamas, Ahad (08/10/2023). (Foto:Doc/Twitter)

Menteri Keamanan Nasional Israel, dan pemimpin Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi), Itamar Ben-Gvir memperingatkan, bahwa kesepakatan pembebasan sandera akan menjadi sebuah ‘bencana’. Ia membandingkannya dengan pembebasan tentara Israel Gilat Shalit.

Shalit dibebaskan dari tahanan Hamas pada tahun 2011 dengan imbalan 1.027 tahanan Palestina, termasuk pemimpin Hamas di Gaza yaitu Yahya Sinwar.

Namun apakah Israel punya jalan menuju kemenangan sesuai dengan keinginan Netanyahu? Enam minggu setelah perang Gaza, yang telah mengakibatkan kematian sedikitnya 14.500 warga Palestina.

Netanyahu menghadapi perjuangan panjang, untuk sepenuhnya mengalahkan Hamas dan menyelamatkan warisan politiknya yang ternoda.

Sekalipun Israel berhasil membunuh para komandan utama Brigade al-Qassam, transisi cepat menuju pemerintahan mandiri Palestina masih jauh dari kenyataan, dan akan terjadi pendudukan Israel yang memakan banyak biaya di Gaza.

Berikut fakta-fakta misi sulit Israel menuju kemenangan militer melawan Hamas.

1. Kepung basis Hamas membelah Jalur Gaza

Operasi serangan darat Israel diintensifkan Jumat 27 Oktober, dan tujuan pasukan Israel mengepung benteng Hamas dengan membagi Jalur Gaza menjadi dua.

Militer Israel menyerbu daerah basis tersebut melalui Beit Hanoun di Gaza utara dan Bureij di Gaza tengah, yang merupakan jalur yang digunakan Israel selama serangan sebelumnya terhadap Hamas dan Jihad Islam.

“Strategi militer Israel telah memperoleh beberapa keberhasilan awal. Mereka berhasil mengepung Kota Gaza dengan cepat, yang dilindungi oleh percabangan Jalur Gaza,” kata Samuel Ramani, peneliti Timur Tengah Universitas Oxford, dilansir The New Arab.

Kemudian Senin 6 November 2023, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menyatakan, bahwa hari itu ada skala serangan di Gaza utara dan Gaza selatan.

Tentara darat Israel dengan persenjataannya ketika menjaga wilayah Tepi Barat. (Foto:Doc/Thecradle)

Berlanjut Selasa 21 November, tentara Israel mengepung Jabaliya di Gaza utara yang digambarkan Israel sebagai benteng utama Hamas.

“Terlepas dari kemenangan-kemenangan tersebut, tugas tersulit militer Israel masih terbentang di depan mata. Ketika permusuhan di Jalur Gaza berlanjut setelah gencatan senjata jangka pendek, tentara Israel terpaksa terlibat dalam perang perkotaan,” papar Ramani.

Lantaran tidak sesuai dengan kekuatannya. Militer Israel unggul ketika dapat memanfaatkan kelincahan pasukannya, untuk melancarkan serangan terkonsentrasi di tempat-tempat yang tidak terduga.

Keunggulan ini menjadi landasan kemenangan Israel melawan kekuatan Arab, yang jauh lebih besar dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan Perang Yom Kippur tahun 1973.

2. Israel kalah dengan serangan kejutan pasukan Hamas melalui terowongan

Pada perang Gaza, Hamas mempunyai keuntungan dalam hal kejutan karena pasukannya dapat keluar dari terowongan mereka untuk menyerang tentara Israel dari sayap belakang dan kemudian menghilang.

Taktik serangan itu mirip dengan modus yang digunakan Hamas, saat menyerang Israel pada 7 Oktober lalu. Menjelang serangan tersebut, pejuang Hamas muncul dari beberapa pintu keluar terowongan di pagar keamanan di sekitar Gaza dan menyerbu ke Israel selatan.

Meskipun tentara Israel dapat memetakan jaringan terowongan Hamas, dengan amunisi yang berkeliaran berbasis drone LANIUS.

Namun teknologi pengawasan ini masih gagal, untuk mendeteksi pembangunan pintu keluar terowongan Hamas di menit-menit terakhir.

“Karena jebakan yang tidak terduga dan risiko kehabisan oksigen, Israel hanya akan mengirimkan pasukannya untuk melawan Hamas di terowongan dalam keadaan ekstrim,” jelas Ramani.