Perang Israel-Hamas Picu Harga Minyak Dunia Naik, Ini Kata Ekonom

Foto lokasi aktivitas eksplorasi migas PT Pertamina. (Foto:Dok/Pertamina)

JAKARTA – Perang Israel-Hamas di Palestina yang masih berlangsung hingga saat ini, turut memicu meningkatnya risiko geopolitik bagi pasar keuangan global.

Investor di pasar keuangan sedang di ambang ketidakpastian soal pergerakan serta reaksi pasar global, lantaran konflik tersebut turut memicu sentimen perdagangan minyak dunia di timur tengah.

Sehingga investor masih ingin melihat apakah konflik tersebut akan meluas di negara lain, yang tentunya berpotensi menaikkan harga minyak berkelanjutan dan berdampak buruk bagi perekonomian dunia.

Belum lagi penyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Ahad (15/10/2023) yang mengatakan, dirinya bersumpah untuk menghancurkan Hamas saat militernya mempersiapkan operasi darat di Gaza untuk membasmi kelompok militan tersebut.

Akibat meningkatnya serangan Israel di Palestina untuk menghancurkan kelompok sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam memicu harga minyak minyak dunia melonjak hampir 6 persen pada Jumat (13/10/2023).

Melansir dari reuters, bahwa investor memperkirakan adanya kemungkinan konflik di Timur Tengah akan lebih luas. Indikator pertama, reaksi terhadap perkembangan akhir pekan kemungkinan besar akan muncul, ketika minyak mulai diperdagangkan di Asia pada hari akhir pekan nanti.

“Sepertinya kita sedang menuju invasi darat besar-besaran ke Gaza, dan memakan banyak korban jiwa,” kata Ben Cahill, peneliti senior di Program Keamanan Energi dan Perubahan Iklim di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS).

“Kapan pun Anda menghadapi konflik sebesar ini, Anda akan mendapat reaksi pasar,” tambah Ben Cahill dikutip dari reuters, Senin (16/10/2023).

Reaksi hingga situasi pasar global dalam sepekan terakhir disebut relatif tenang, meskipun mata uang syikal Israel mendapat pukulan besar di pasar global dampak dari perang tersebut.

“Saya tidak tahu apakah pasar akan tetap berperilaku baik,” ungkap Erik Nielsen, kepala penasihat ekonomi grup di UniCredit.

“Hal ini hampir pasti bergantung pada, apakah konflik terbaru ini masih bersifat lokal atau justru meningkat menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.”

“Konflik yang meluas akan menyebabkan inflasi dan, sebagai produk sampingannya, suku bunga di seluruh dunia semakin meningkat”, kata Bernard Baumohl, kepala ekonom global di The Economic Outlook Group di Princeton, New Jersey.

“Suku bunga bisa turun. Sementara dolar diperkirakan bakal menguat ujarnya,” tambah Bernard Baumohl.

Sementara di daratan Eropa, para ekonom mengatakan, kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa masih tinggi.

Perang antara kelompok Islam Hamas dan Israel menimbulkan salah satu risiko geopolitik paling signifikan, terhadap pasar minyak sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu.

“Jika perang Ukraina mengajarkan kita sesuatu, maka kita tidak boleh meremehkan dampak geopolitik,” kata ekonom Eropa Nomura, George Moran, dalam podcast bank.