IndexU-TV

Gelombang Tinggi di Perairan Indonesia Dipengaruhi Dua Siklon Tropis

Waspada Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Kepri pada 1 Oktober
Ilustrasi, kapal feri diguyur hujan saat berlayar di Perairan Kepri (Foto: Muhammad Bunga Ashab)

Jakarta – Meningkatnya gelombang tinggi di perairan Indonesia dipengaruhi dua siklon tropis Nyatoh dan Teratai.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan keberadaan dua siklon tropis memberikan dampak kenaikan tinggi gelombang sejumlah perairan di Indonesia pada Kamis (2/12).

Pertama, siklon tropis Nyatoh (990 hPa) terpantau di Laut Filipina.

Dampak dari keberadaannya, memberikan dampak terhadap ketinggian gelombang di wilayah perairan Kep. Sangihe – Kep. Talaud, perairan Kep. Halmahera, Laut Maluku, Laut Halmahera, Samudra Pasifik utara Halmahera-Papua.

Kemudian, Siklon tropis Teratai (1000 hPa) terpantau di Samudra Hindia Selatan Banten.

Berdampak pada ketinggian gelombang di wilayah perairan barat Lampung-selatan Banten, Selat Sunda, Teluk Lampung bagian selatan dan Samudra Hindia barat Lampung-Jawa Barat.

Baca juga: Awal Desember 2021, BMKG; Waspada Gelombang Tinggi Capai Enam Meter di Laut Natuna

Sementara, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Barat Daya-Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 5-30 knot.

Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Barat Daya-Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.

Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, perairan utara Sabang, perairan barat Lampung, Samudra Hindia Selatan Banten, Selat Sunda, perairan selatan Banten, Samudra Pasifik utara Halmahera-Papua Barat.

Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan gelombang tinggi kewaspadaan masyarakat akan gelombang tinggi hingga 6 meter, yang berpeluang terjadi di kawasan Laut Natuna Utara, perairan utara Natuna mulai Kamis.

Potensi tersebut diperkirakan berlangsung hingga Jumat (3/12), dan juga berdampak pada gelombang tinggi lainnnya di sejumlah wilayah perairan Indonesia.

Peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,50 meter juga berpeluang terjadi di beberapa perairan seperti Selat Malaka bagian utara, perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan P. Simeulue – Kep. Mentawai, perairan Enggano – Bengkulu, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Jawa – P. Sumba, Selat Bali – Lombok – Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan Jawa Tengah – NTT, Laut Natuna, perairan selatan Kep. Wakatobi, Laut Banda timur Sulawesi Tenggara, Laut Sulawesi bagian timur, perairan Bitung – Kep. Sitaro, perairan selatan Sulawesi Utara, Laut Maluku bagian selatan, perairan utara Kep. Banggai, perairan barat dan timur Kep. Hamahera, perairan utara Papua Barat – Papua.

Kemudian, gelombang yang lebih tinggi kisaran 2,50 – 4,0 meter berpeluang terjadi di perairan Indonesia lainnya adalah Samudra Hindia Barat Lampung, Samudra Hindia Selatan Banten – Jawa Barat, perairan utara Kep. Anambas, perairan Anambas – Natuna, perairan Subi – Serasan, perairan utara Kep. Sangihe – Kep. Talaud, Laut Maluku bagian utara dan Laut Halmahera, perairan utara Halmahera, Samudra Pasifik utara Halmahera – Papua.

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut, dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.

Untuk itu, BMKG selalu mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m), kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m), dan kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4,0 m).

BMKG mengimbau masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.

Exit mobile version