TANJUNGPINANG – Pengamat Kebijakan Publik Alfiandri menilai pemerintah tak mampu menangani masalah masyarakat, khususnya kenaikan harga minyak goreng.
Menurutnya, negara harus hadir untuk memberikan kepastian bagi rakyat, karena yang diharapkan masyarakat adalah kemampuan untuk menjangkau daya beli.
“Negara harus hadir untuk rakyat. Artinya dompet rakyat itu terukur dari harga (minyak goreng) yang disajikan pemerintah. Pemerintah harus pro dengan kondisi rakyat saat ini,” ucap Alfiandri di Tanjungpinang, Kamis (17/03).
Ia mengatakan, pemerintah tidak boleh lepas dari prinsip awal Undang-Undang 1945 dalam memberikan kebijakan, di mana negara harus hadir dalam memberikan kepastian kesejahteraan masyarakat.
“Harga barang terutama kenaikan minyak goreng ini, walaupun isunya sederhana tapi punya resistensi yang tinggi. Kebutuhan asyarakat harus terpenuhi dengan keterjangkauan dan kemampuan masyarakat,” katanya.
Ia meminta kepada pemerintah tidak memberikan ruang kepada pemilik modal untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan kenaikan harga minyak goreng.
“Hadirnya negara untuk mensejahterakan masyarakat. Itu sebenarnya yang dimaknakan dalam konstitusi,” jelasnya.
Dengan naiknya harga minyak goreng di pasaran, Alfriandri mempertanyakan hati nurani pemerintah terhadap rakyat.
“Sekarang hati nuraninya hadir atau tidak hadir. Jadi yang dituntut rakyat adalah hati nurani pemerintah. Hadirnya mereka bukan memberikan beban kepada masyarakat, tapi meringankan beban kepada masyarakat,” katanya.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Melejit, Pedagang di Tanjungpinang Menjerit
Sebelumnya diberitakan, harga minyak goreng di Tanjungpinang, Kepulauan Riau naik melejit menyebabkan sejumlah pedagang menjerit.
Salah seorang pedagang makanan, Ratna membenarkan kenaikan harga minyak goreng. Ia mengaku terkejut dengan kenaikan harga yang menurutnya fantastis itu. Kenaikan itu, hampir 100 persen dari harga sebelumnya.
“Semalam (kemarin) masih Rp14 ribu. Tadi sudah Rp25 ribu untuk yang 900 Ml di Pasar Bintan Centre,” ucap Ratna, Kamis (17/03).
Ia merasa kesulitan untuk mencari minyak goreng untuk berjualan. Ratna harus berkeliling ke sejumlah tempat untuk menemukan minyak goreng tersebut.
“Kedai dekat sini, tak ada minyak. Belinya di Jalan Pemuda sana,” tuturnya.
Menurutnya, kenaikan harga minyak itu mengancam keberlangsungan usaha para pedagang. (*)