Indonesia Arena Batal Jadi Venue Kejuaraan Bulu Tangkis Indonesia Open 2024

Venue Indonesia Arena Gelora Bung Karno. (Foto:Dok/Net)

JAKARTA – Kejuaraan dunia bulu tangkis rangkaian BWF World Tour Super 1000 Indonesia Open 2024 batal menggunakan venue Indonesia Arena Gelora Bung Karno, Jakarta.

Pasalnya, Indonesia Arena belum memenuhi standar teknis yang diterapkan BWF untuk gelaran Indonesia Open 2024. Sehingga perlu adanya infrastruktur pendukung tambahan. Sementara Indonesia Arena merupakan venue standar olahraga basket.

Padahal sebelumnya Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) telah mengumumkan bahwa turnamen bulutangkis Indonesia Open 2024 bakal berlangsung di venue anyar yaitu Indonesia Arena, Gelora Bung Karno.

Namun kabar terbarunya, Indonesia Open 2024 yang berlangsung 4-9 Juni 2024 tetap diadakan di Istora Senayan, Jakarta.

Direktur Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK), Rakhmadi Afif Kusuma angkat bicara mengenai batalnya gelaran Indonesia Open di Indonesia Arena.

Menurut dia, Indonesia Open 2024 tak bisa diadakan di Indonesia Arena lantaran ada kendala teknis terkait penerangan lampu (lighting).

“Mengenai badminton untuk Indonesia Open 2024 nanti memang ada rencana di Istora. Kenapa? Memang secara teknis mengenai pencahayaan lampu dari PBSI itu mereka perlu menambahkan lightingnya,” kata Rakhmadi, Kamis 21 Maret 2024.

“Di mana itu lightingnya berbeda dengan lighting basket, dan mereka masih mengukur kembali kalau di Indonesia Arena karena ini event yang cukup serius mereka tampaknya akan ke Istora dahulu mungkin baru di tahun berikutnya nanti di Indonesia Arena,” lanjut Rakhmadi.

“Karena kalau main di sini akan menjadi pertama kali mereka harus menyiapkan berbagai hal yang secara infrastruktur juga perlu kita tingkatkan dahulu,” tambah dia.

Dia juga menyangkal terkait adanya isu tingginya harga sewa venue Indonesia Arena menjadi penyebab batalnya Indonesia Open 2024.

Sementara untuk harga sewa Indonesia Arena antara Rp700 juta hingga Rp 750 juta per hari, sementara Istora Senayan Rp 350 juta per hari.

“Oh bukan masalah biaya sih mereka kalau secara organisasi secara profesionalisme mereka sudah biasa dan juga bisa diketahui sponsorship-nya juga sangat banyak, jadi bukan biaya tetapi lebih masalah infrastruktur yaitu pencahayaan,” jelas Rakhmadi.

“Ini gedung baru pertama kali untuk bulu tangkis sehingga mereka perlu uji coba dahulu, perlu pengetesan. Jadinya mungkin akan didesain di Istora,” ungkapnya.