IndexU-TV

Kemenkes Bersiap Antisipasi Virus Cacar Monyet, Pasok Vaksin dari ASEAN dan Denmark

Ilustrasi penanganan penyakit cacar monyet. (Foto:freepik)

JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersiap menangani penyebaran wabah cacar monyet atau virus Mpox di Indonesia, dengan memasok vaksin dari berbagai negara.

Vaksin yang akan diterima Kemenkes salah satunya berasal dari bantuan ASEAN sebanyak 2.850 dosis. Kemudian pemerintah Indonesia juga memesan vaksin sebanyak 1.600 vial dari Denmark.

“Untuk vaksinasi kami juga sedang proses. Terkait vaksinasi kita mendapat bantuan dari ASEAN, ada kurang lebih 2.850 dosis vaksin Mpox,” ujar Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudhi Pramono saat konferensi pers via Zoom, Ahad 18 Agustus 2024.

“Kami juga memesan 1.600 vial vaksin dari Denmark,” tambah Yudhi Pramono.

Persiapan itu jadi bagian dari strategi penanganan Mpox di Indonesia, terutama setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang telah menetapkan keadaan darurat kesehatan global atas Mpox di Afrika.

Selain menyiapkan vaksin, Kemenkes memperkuat pemantauan alias surveilans terkait temuan kasus Mpox di semua fasilitas kesehatan (faskes). Yudhi mengatakan, selain pemantauan turut dilakukan juga penyelidikan epidemiologi.

Tak hanya itu, Kemenkes menyiapkan laboratorium rujukan yang sejauh ini mencapai 12 fasilitas di berbagai daerah di Indonesia.

“Pertama, kami melakukan penguatan surveilans, melakukan upaya untuk menemukan kasus di seluruh faskes,” kata Yudhi.

“Kami juga menyiapkan laboratorium rujukan, untuk Mpox ini secara nasional ada 12 laboratorium rujukan dari Sumatera sampai Papua,” tambah dia.

Dia juga menegaskan, stok obat-obatan untuk para pasien Mpox yang terkonfirmasi telah disiapkan. Beberapa di antaranya obat antivirus dan obat-obatan yang sesuai dengan gejala pasien.

Bagi pasien dengan gejala ringan, Kemenkes menerapkan isolasi mandiri dengan diawasi Puskesmas setempat.

Namun, bagi pasien dengan komorbid, faskes akan mempertimbangkan untuk perawatan di rumah sakit.

“Untuk perawatan apabila ringan cukup isolasi mandiri di rumah, pengawasan dari puskesmas setempat. Jika ada komorbid kita bisa evaluasi apakah perlu dirawat di rumah sakit,” ungkapnya.

Exit mobile version