BATAM – Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak Daerah (KPPAD) Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyebut tim terpadu menzalimi anak-anak di Pulau Rempang, Kecamatan Galang.
Hal itu merespons tindakan tim terpadu mengakibatkan anak-anak turut menjadi korban di Rempang pada Kamis (07/09) pagi. Terlebih dengan adanya gas air mata.
“Benar-benar zalim terhadap hak anak-anak. Mengapa harus dilibatkan dalam situasi seperti itu,” kata Wakil Ketua KPPAD Batam, Nina Inggit Garnasih.
Ia mengaku sempat menuju ke lokasi. Namun, langkahnya terhenti karena diminta untuk putar balik.
Nina pun mengecam kejadian di Rempang pagi ini. Menurutnya, tindakan itu seolah tidak mempertimbangkan situasi dan kondisi kampung tua itu.
Terutama perihal anak-anak yang sejatinya tidak mengerti perihal relokasi dan polemik yang ada di Rempang..
“Anak-anak tahu hanya besok belajar apa? Besok bermain dimana? Keceriaan mereka terenggut hanya karena keserakahan penguasa negeri,” tutur Nina.
“Anak-anak berteriak, menangis histeris seolah sedang ikut berperang. Entah apa yg ada di benak anak-anak ini katanya Indonesia sudah merdeka. Terjajah di negeri sendiri,” tambahnya.
Terpisah, Pemerhati Anak Kepri, Eri Syahrial juga menyayangkan sikap arogansi para petugas yang bertindak tidak sewajarnya saat mengamankan proyek Rempang Eco-City.
Eri menyoroti tidak sedikit anak-anak yang terkena dampak, padahal kondisi saat itu masih dalam aktivitas belajar mengajar.
“Sebaiknya kejadian itu tidak berdampak langsung terhadap sikologis anak. Pasti mereka merasa takut, apalagi ada yang harus dilarikan ke rumah sakit,” ujarnya.
Mantan Ketua KPAID Kepri itu menyarankan baik masyarakat maupun aparat perlindungan hukum harus memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan terhadap anak di wilayah sekitar.
“Kita berharap ke depan agar aparat penegak hukum maupun masyarakat harus memperhatikan aspek perlindungan anak. Anak anak ini tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, tapi jangan sampai ke depan akibat bentrokan ini, tumbuh kembang mereka terganggu, hal itu harus sama-sama kita jaga,” terangnya.
Dirinya juga menyampaikan, terkait kondisi anak-anak yang menjadi korban dampak dari bentrok aparat dan masyarakat, semoga tidak berakibat buruk terhadap kondisi kesehatan yang dialami.
Lanjut, kata Eri, jika berakibat buruk terhadap keselamatan anak-anak yang terdampak, maka pihaknya berjanji akan melanjutkan proses tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk tim penggusuran kawasan Rempang, ke Komisi Perlindungan Anak Pusat.
“Kita berharap anak yang menjadi korban hari ini tidak sampai berakibat fatal. Karena kalau misalnya sampai kondisinya buruk, maka kami merekomendasikan dampak dari peristiwa ini, sebagai bahan evaluasi bersama oleh tim penggusuran kawasan tersebut nantinya,” harapnya.
Baca juga: Aparat Bentrok dengan Warga di Pulau Rempang, Anak Sekolah Turut Kena Gas Air Mata
Baca juga: Memanas Lagi, Aparat dan Warga Kembali Bentrok di Simpang Rempang Cate
Baca juga: 10 Siswa di Rempang Dilarikan ke Rumah Sakit Akibat Kena Gas Air Mata Aparat
Sebelumnya diberitakan, sedikitnya 10 orang siswa SD dan SMP dilaporkan dilarikan ke rumah sakit akibat bentrok aparat dengan warga di Jembatan IV Barelang, Pulau Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis (07/09).
Para siswa itu dilarika ke rumah sakit karena terkena gas air mata yang dilontarkan aparat. Selain itu, beberapa warga juga dilaporkan diamankan oleh aparat.
Dari informasi yang diterima saat ini total ada 10 siswa SMP dan satu guru SD dilarikan ke Rumah Sakit Embung Fatimah guna mendapat perawatan.
Anak-anak mengalami sesak napas karena dampak gas air mata yang ditembakan polisi untuk membubarkan warga.
Selain itu kurang lebih ada enam warga yang saat ini ditahan imbas dari bentrokan tersebut.
Saat ini iring-iringan mobil tim terpadu masih berusaha melintas di jalan trans barelang mesti tersendat. Sebab sepanjang jalan dihalangi dengan pohon yang sengaja ditumbangkan. (*)
Ikuti Berita Lainnya di Google News