Krisis Daging Sapi, Pedagang di Tanjungpinang Batasi Penjualan Hingga Alami Kerugian

Penjualan Daging Sapi Normal di Pasar Baru Tanjungpinang
Kios daging dapi Wirman Sawir di Pasar Baru Kota Tanjungpinang. (Foto:Ardiansyah Putra/Ulasan.co)

TANJUNGPINANG – Krisis stok daging sapi di Tanjungpinang semakin para, dan bahkan pedagang membatasi penjualan daging sapi hingga harus mengalami kerugian.

Krisis stok daging sapi di Tanjungpinang, terjadi sejak merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di sejumlah wilayah Indonesia.

Akibatnya, pengiriman daging sapi potong ke Tanjungpinang turut terhambat.

Hal itu dibenarkan oleh salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Bintan Centre, Amrin.

Ia mengatakan, stok yang menipis itu berdampak pada jumlah penjualan yang semakin sedikit.

“Kita lagi krisis. Jam 5 sudah habis. Ini hanya untuk pelanggan. Itu pun dikurangkan. Biar semua dapat,” ucap Amrin, Sabtu (04/06).

Ia menjelaskan, para pelanggan yang didominasi oleh pedagang bakso itu harus berbesar hati saling berbagi stok yang ada.

Baca juga: Sapi dan Kambing di Bintan Bebas dari PMK

Saat ini, ia menjual daging potong tersebut seharga Rp150 ribu per kilogram.

Untuk mengatasi hal itu, ia juga terpaksa mengakali waktu pemotongan sapi agar mencukupi kebutuhan.

“Kami selang-seling jadinya. Hari ini potong dan besok tidak. Kasihan juga sama pedagang bakso. Masyarakat juga ada yang protes, tapi ya bagaimana lagi,” ungkapnya.

Amrin mengaku tak mengetahui pasti sampai kapan krisis ini berlangsung.

Bahkan jika kondisi ini terus berlanjut, para pedagang hanya bisa bertahan selama 10 hari lagi.

Sementara, pedagang daging sapi di Pasa Baru Kota Tanjungpinang, Wirman Sawir menyampaikan, ia mengalami kerugian karena tak adanya kiriman sapi untuk konsumsi.

Wirman Sawir mengatakan, kerugian yang ia alami mencapai Rp4,5 juta dengan memotong sapi lokal.

Baca juga: Pemprov Kepri Tunggu Keputusan Pusat untuk Mendatangkan Sapi Bebas PMK

“Ada rugi Rp4,5 juta. Lebih banyak ruginya daripada untungnya kalau potong sapi lokal. Soalnya kalau sapi lokal untuk kurban,” kata Sawir saat ditemui.

Ia menjelaskan, jika sapi lokal digunakan untuk kebutuhan harian, maka penjualan tak akan bisa menutupi harga sapi yang per ekornya seharga Rp20 juta.

“Sapi lokal yang dipakai kurban itu kurang lebih 70 kilogram dagingnya, dan kalau kita jual per kilo harganya mau Rp300ribu tak balik modal. Kalau kita beli sapinya 20juta, baliknya cuman 9 juta aja,” jelasnya.

Ia menyampaikan, untuk mencukupi kebutuhan harian dirinya terpaksa memotong satu ekor sapi untuk jatah dua hari berjualan.

“Sekarang masih, kita potong satu sapi keluarnya setengah setengah. Setengah hari ini setengah besok,” jelasnya.

Ia berharap, pemerintah dapat segera mengirimkan sapi dari daerah lampung atau daerah yang masih aman dari PMK untuk memenuhi kebutuhan harian dan sapi kurban di Tanjungpinang.

Baca juga: DKPP Klaim Stok Sapi di Bintan Melimpah, Jumlahnya Capai 400 Ekor