Tanjungpinang – Pada Selasa (29/06), masyarakat Kepulauan Riau (Kepri) yang tertular COVID-19 bertambah 223 orang, sehingga kasus aktif COVID-19 di Kepri mencapai 3.761 orang. Rinciannya, di Batam 1.887 orang, Tanjungpinang 862 orang, Bintan 611 orang, Karimun 182 orang, Kepulauan Anambas 16 orang, Lingga 73 orang, dan Natuna 130 orang.
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Kepri, Tjetjep Yudiana, dengan penambahan 3.761 orang tersebut, maka total jumlah warga Kepri yang terpapar COVID-19 sejak pandemi 2020 lalu, mencapai 25.503 orang.
Pada hari yang sama, masyarakat di Ibukota Jakarta mengalami ledakan penambahan pasien positif COVID-19 yang mengejutkan, yakni 8.348 pasien. Jumlah tersebut, bisa diartikan bahwa jumlah orang positif COVID di Jakarta selama tiga hari, sama dengan jumlah keseluruhan orang yang positif COVID-19 di Kepri, sejak pandemi menyerang pada Maret 2020 lalu.
Tentu saja tidak pas membandingkan jumlah orang yang positif COVID-19 di Jakarta dan Kepulauan Riau. Selain jumlah penduduk yang tak sebanding, aktifitas masyarakat di Ibukota Jakarta jelas lebih sibuk dan padat dibandingkan dengan aktifitas sosial ekonomi di Kepri.
Namun tetap saja, pertanyaan menggelitik di benak sebagian masyarakat itu muncul kepermukaan; benarkah masyarakat Kepri yang tertular COVID-19 setiap harinya hanya berkisar antara 100 hingga 300-an? Atau, bagaimana bila penambahan angka 100 hingga 300 tersebut hanya didapat dari laporan rumah sakit, tes sweb antigen yang ada di bandara dan pelabuhan?
Lalu bagaimana dengan masyarakat yang tertular tapi belum melapor ke rumah sakit atau Posko Satgas COVID-19? Bukankah mereka harus ditesting, lalu ditracing dengan siapa saja mereka telah melakukan kontak erat?