Membuat Pewarna Alami dari Buah Mangrove

Dosen yang tergabung dalam Tim PKM-UMRAH Tanjungpinang saat mecoba zat pewarna alami dari bahan mangrove lewat pelatihan kepada masyarakat pengelola eko wisata Mangrove Bintan Lestrari (MBL) di Desa Sebong Pereh, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), Ahad (13/08). (Foto:Dok/PKM-UMRAH)

TANJUNGPINANG – Tim Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) menggelar pelatihan pembuatan zat pewarna alami dari mangrove.

Pelatihan pembuatan zat pewarna tersebut ditujukan kepada masyarakat pengelola eko wisata Mangrove Bintan Lestrari (MBL).

Kegiatan pelatihan tersebut beranglung di Desa Sebong Pereh, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), Ahad (13/08) lalu.

Ketua PKM UMRAH, Dr. Nancy Willian, M.Si. mengatakan, bahwa pelatihan pembuatan bahan pewarna alami mangrove tersebut dari propagul buah mangrove jenis rhizophora yang sudah tua, jatuh dan sudah kering.

“Propagul yang sudah tua akan menghasilkan senyawa tanning yang cukup baik, untuk bahan pewarna alami,” kata Nancy, melalui rilis resmi, Kamis (17/08).

Nancy juga menyampaikan, hutan mangrove yang selama ini kita kenal, memiliki potensi lain yang cukup menjanjikan secara ekonomi. Karena bagian batang dan daunnya bisa digunakan untuk obat-obatan.

“Selain itu, buahnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan olahan tepung dan makanan, bahkan propagulnya bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan zat warna alami dari batik,” tambah Nancy.

Baca juga: 3 Mahasiswa UMRAH Wakili Kepri di Sekolah Duta Maritim Indonesia

Dia menambahkan, pewarna batik alami memiliki keuntungan, karena bersifat eco fiendly dan bebas racun serta limbah kimia bila dibandingkan pewarna sintetis.

“Pemanfaatan bagian tanaman mangrove dengan nilai ekonomi harus berdasarkan nilai konservasi, yang tidak boleh merusak ekosistem mangrove yang ada saat ini, dengan cara mengambil buah, propagul, dan batang yang tidak berlebihan,” tuturnya.

Sementara itu Ketua MBL, Syamsir Ode mengatakan, bahwa kegiatan ini mendapat perhatian yang baik oleh pengelola eduwisata mangrove sendiri dan remaja mesjid di sekitar desa.

“Pemanfaatannya dengan mengambil buah yang sudah jatuh atau mati dan kering. Selain itu, promosi penanaman mangrove dan kampanye pelestarian mangrove juga tetap dilakukan, sebagai wujud implementasi konservasi,” ucap Syamsir

Syamsir menambahkan, ciri khas batik mangrove adalah pada gambar pola batik yang khas seperti gambar ekosistem mangrove, propagul, atau tanaman mangrove itu sendiri.

“Ke depannya pola ini akan di-HKI-kan sebagai wujud hak cipta kelompok MBL batik mangrove,” kata Syamsir.

Dalam kegiatan tersebut, juga dihadiri TIM PKM-UMRAH beranggotakan dosen lintas fakultas yang terdiri atas dosen Prodi Pendidikan Kimia, yakni Dr. Nancy Willian, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Harry Andheska, M,Pd., dan dosen Prodi Teknologi Hasil Perikanan, R. Marwita, M.Si.