IndexU-TV

Menelisik Kisah Rahma Di Balik Film Janji Di Atas Pelantar (Bagian 3/3)

Tangkapan layar Film Janji di Atas Pelantar. (Foto: Dok)

Kini, ketika semua pihak sibuk menekan penyebaran COVID-19, muncul kebijakan lain yang tidak kalah penting, yakni dua dinas strategis pada masa pandemi COVID-19, yakni dinas kesehatan dan dinas pendidikan tanpa pimpinan definitif.

Rustam yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan, dimutasi ke Dinas Pemberdayayaan Perempuan. Sedangkan Atmadinata, Kepala Dinas Pendidikan, dimutasi menjadi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Atmadinata dan Rustam, dilantik bersama 11 pejabat Eselon II lainnya, pada 11 Januari 2021 lalu.

Di berbagai kesempatan, tim investigasi memperoleh informasi, bahwa hubungan Wali Kota Rahma dengan Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang Teguh Ahmad Syafari juga retak.

Dalam berbagai kegiatan yang dipimpin Rahma, jarang terlihat sosok Teguh mendampinginya. Bahkan, dalam kegiatan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Tanjungpinang, Teguh tidak terlihat. Padahal ia menjabat sebagai Ketua Harian Satgas Penanganan COVID-19 Kota Tanjungpinang.

Belakangan muncul Surjadi (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Tanjungpinang) sebagai Koordinator Lapangan Penerapan Protokol Kesehatan Satgas COVID-19 Tanjungpinang, dan Riono (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tanjungpinang) yang mengurusi persoalan vaksinasi COVID-19.

Tumpang tindih jabatan dan posisi pejabat yang tidak memiliki kualifikasi di bidangnya, membuat persoalan yang seharusnya bisa ditangani dengan cepat dan baik, akhirnya terbengkalai.

Penanganan COVID-19 di Tanjungpinang yang intinya berpijak pada 3T (testing, tracing, threatment), tak mampu dilakukan dengan maksimal –untuk tidak mengatakan gagal.

Baca juga: Menelisik Kisah Rahma Di Balik Film Janji Di Atas Pelantar (Bagian 2/3)

Di luar pemerintahan, kebijakan Wali Kota Rahma juga menimbulkan kekesalan pedagang di Pasar Bintan Centre Tanjungpinang.

Razia protokol kesehatan dan antigen dengan metode acak di Pasar Bintan Centre Tanjungpinang, diprotes para pedagang. Menurut pengakuan pedagang, mereka bukan tidak ingin mengikuti tes usap dengan metode antigen, melainkan waktu pelaksanaannya yang tidak tepat yakni Sabtu, ketika pembeli sedang ramai berbelanja di pasar.

Para pedagang sayur di Pasar Bintan Center Tanjungpinang, bahkan sempat menangis histeris ketika diancam Rahma yang akan menutup lapak jualan para pedagang kala itu. Ancaman tersebut disampaikan Rahma, apabila ada para pedagang dan masyarakat yang menolak swab antigen.

“Saya bukannya menolak, tapi ini kami sedang jualan, kalau tak pembeli busuk dagangan saya. Ini menyusahkan siapa yang membeli,” kata Dona, salah seorang pedagang.

Exit mobile version