BATAM – Perayaan Tahun Baru Imlek di Kepulauan Riau (Kepri) tak lepas dari satu tradisi masih dijalankan, yakni menyatap ikan Dingkis saat perayaannya.
Sajian ikan dingkis menjadi menu wajib saat momen perayaan imlek bagi warga Tionghoa di Kepri.
Ikan yang juga kerap disebut “Ikan Imlek” ini dipercaya masyarakat Tionghoa sebagai pembawa keharmonisan, keberuntungan, serta kesejahteraan.
Ikan dingkis ini tak hanya harganya yang fantastis saat imlek. Namun, ikan ini juga memasuki musim bertelur bertepatan saat perayaan Imlek.
Diketahui ikan dingkis saat jelang perayaan Imlek akan bermigrasi dari tengah laut ke pinggir untuk bertelur. Momen inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan menangkap ikan dingkis.
Ada juga yang menyebut, ikan dingkis pindah dari tengah laut ke daerah pinggiran sebagai bentuk ucapan atas hari raya imlek.
Tokoh Pemuda Tionghoa Batam, Hendra Asman mengatakan, pada kepercayaan mereka, ketika menyantap ikan dingkis bertelur, hal itu akan membawakan keberuntungan.
“Makanya kalau di momen Imlek begini kami mencari ikan dingkis dan biasanya pasti bertelur,” kata Hendra, Ahad (22/1).
Namun diakuinya, hal ini bukan suatu keharusan, tapi ini hanya keyakinan bagi mereka. “Ada juga vegetarian yang tidak makan dingkis,” katanya.
Masyarakat Tionghoa akan menyajikan ikan tersebut dengan berbagai jenis masakan.
“Ada yang dikukus, digoreng, kuah kuning, ada juga asam pedas. Kami biasanya di steem. Itu masakkan khas yang biasa dimasak orang tua saya,” kata dia.
Baca juga: Pesta Kembang Api Imlek di China Town Batam Hibur Ribuan Pelancong
Lanjut Hendra, saat perayaan imlek seperti ini, harga ikan dingkis memang melambung tinggi, mencapai Rp500 ribu per kilonya.
“Kalau setiap tahun bisa makan ikan, mencerminkan kehidupan yang memadai dan sejahtera. Semoga dengan prosesi ini membawa kesehatan, keharmonisan, dan kesejahteraan bagi keluarga,” tutupnya. (*)