IndexU-TV

Metro Nusantara Bahari Kelola Pelabuhan Feri Internasional Batam Center Mulai Agustus 2024

Pelabuhan Feri Internasional Batam Center. (Foto:Irvan Fanani/Ulasan.co)

BATAM – Badan Pengusahaan (BP) Batam mengumumkan PT Metro Nusantara Bahari (MNB) sebagai pemenang lelang, untuk mengelola Pelabuhan Feri Internasional Batam Center, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

Keputusan itu ditetapkan melalui surat hasil pelelangan pemilihan kerja sama Pelabuhan Ferry Internasional Batam Centre Nomor 22/PP.PBC/7/2024, yang menyebutkan PT MNB ditetapkan sebagai pemenang lelang.

Metro Nusatara Bahari akan mengelola Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre dengan kontrak selama 25 tahun ke depan, menggantikan perusahaan lama yaitu PT Synergy Tharada.

“PT Metro Nusantara Bahari terpilih setelah melalui proses evaluasi yang ketat dan menawarkan nilai investasi sebesar Rp81,24 miliar dengan kontribusi tetap sebesar Rp11 miliar,” kata Kepala Biro Humas, Promosi, dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait dalam keterangan resminya, Kamis 18 Juli 2024.

Pihaknya berharap pengelolaan baru pelabuhan ini akan meningkatkan efisiensi dan layanan. “Harapannya tentu pelayanan di Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre jadi lebih baik lagi,” sambung Ariastuty.

Pengelola Pelabuhan Feri Internasional Batam Center saat ini, PT Synergy Tharada mengungkapkan, bahwa perjanjian kerjasama antara pihaknya dengan BP Batam akan berakhir pada tanggal 1 Agustus mendatang.

“Meskipun waktu kontrak kerja kami sebentar lagi selesai, tapi hingga saat ini belum ada pembahasan konkret mengenai mekanisme serah terima pengelolaan pelabuhan,” ujar Manager Operasional PT Synergi Tharada, Nika Astaga, Ahad 21 Juli 2024.

Nika juga mengungkapkan kekecewaannya, karena pihaknya tidak dilibatkan dalam proses lelang yang baru-baru ini selesai.

Meskipun telah mengelola pelabuhan sejak tahun 2002 dan melakukan rehabilitasi bangunan yang terbengkalai, PT Synergi Tharada tidak diinformasikan, dan terlibat dalam penentuan pemenang tender yang menawarkan angka investasi pengembangan pelabuhan yang jauh lebih rendah dibandingkan saat proses lelang di awal.

“Pada proses lelang yang baru diadakan bulan April lalu, kami tidak diinformasikan sama sekali. Padahal di awal proses lelang nilai investasi yang dibutuhkan dalam pengembangan pelabuhan ini sebesar Rp3,4 triliun,” kata Nika.

“Lalu mengapa yang menang justru Rp81 miliar. Jadi ada apa sebenarnya diproses lelang ini. Hanya mereka yang tahu, kami tidak sampai ke sana. Saat ini kami hanya fokus pada tugas kami di ujung sisa kontrak,” sambungnya.

Nika menjelaskan, pihaknya sudah mengelola pelabuhan tersebut sejak tahun 2002 dan melakukan rehabilitasi terhadap bangunan gedung pelabuhan yang sudah terbengkalai itu.

“Sebagai pengelola kami juga tidak pernah dilibatkan, padahal yang tahu kondisi asli pelabuhan ini kami. Ada yang dibahas, begitu caranya,” jelas dia.

Nika berharap masa transisi ke pengelola baru nantinya diharapkan tidak mengganggu kelancaran operasional pelabuhan yang penting, sebagai salah satu pintu gerbang internasional di Batam.

“Pengelola yang baru nantinya juga harus memperhatikan kewajiban internasional terkait keamanan pelabuhan, seperti ISPS Code, untuk memastikan keberlangsungan operasional yang sah,” tegasnya.

Exit mobile version