Tanjungpinang, ulasan.co – Sekitar 450 orang pencari suaka yang tinggal di Hotel Badra, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau kehabisan uang untuk menggelar aksi demonstrasi di Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) Kota Tanjungpinang.
Salah seorang pencari suaka asal Sudan, Albozier Pasha, Selasa, mengatakan, lebih dari sepekan ia dan rekan-rekannya tidak melakukan aksi karena tidak sanggup lagi membayar jasa angkutan umum.
Ia belum dapat memastikan kapan akan melakukan aksi kembali, namun opsi lain dalam diskusi untuk tetap melakukan penekanan terhadap UNHCR nyaris disepakati seluruh pencari suaka.
Pencari suaka akan memilih jalan terburuk agar tidak menguras uang mereka yakni aksi berjalan kaki dari Hotel Badra, Bintan menuju Kantor UNHCR Tanjungpinang. Aksi jalan kaki itu diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam perjalanan, karena menempuh jarak sekitar 13 kilometer.
- “Itu masih didiskusikan, tetapi sudah mulai menguat agar aksi tetap berjalan,” katanya,dilansir dari antaranews.com
Albozier yang pasih menggunakan Bahasa Indonesia mengatakan aksi yang selama ini mereka lakukan di Kantor UNHCR Tanjungpinang, tidak membuahkan hasil. Pihak UNHCR sama sekali tidak merespons aspirasi mereka, meski sudah lebih tujuh kali dilakukan.
Pencari suaka yang menuntut keadilan, kebebasan dan mendapatkan kehidupan yang layak. Mereka menuntut agar mendapat kepastian tinggal di negara ketiga, Australia, Kanada dan Amerika.
Aksi ini, menurut dia menguras tenaga, bahkan kalau dipaksakan dilaksanakan setiap hari, mereka tidak mungkin dapat makan siang dan malam.
“Uang yang diberikan IOM kepada kami Rp1,2 juta,” ucapnya.
Selama melakukan aksi, para pencari suaka mengumpulkan uang untuk membayar jasa sopir angkot. Sekali aksi, mereka harus membayar sopir angkot Rp3,7 juta untuk mengangkut sekitar 300 orang.
Untuk melakukan aksi tersebut, mereka harus mengurangi makan setiap hari.
“Biasanya makan dua kali sehari menjadi sehari sekali,” ucapnya.