Peringati Bulan Bahasa dan Sastra 2023, Amsakar Achmad Bacakan 2 Puisinya

Amsakar Achmad
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, membacakan dua puisi karyanya saat membuka kegiatan peringatan bulan bahasa dan sastra tahun 2023 di Auditorium BCS Mall, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis (26/10). (Foto: Irvan Fanani)

BATAM – Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, membacakan dua puisi karyanya saat membuka kegiatan peringatan bulan bahasa dan sastra tahun 2023 di Auditorium BCS Mall, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis (26/10).

Saat membuka perlombaan menulis dan membaca puisi pada peringatan bulan bahasa dan sastra tahun 2023, Amsakar memukau puluhan peserta lomba dan pengunjung mal dengan dua puisi karyanya, ‘Kidung Si Dodoi’ dan ‘Sejarah Yang Tak Terbaca’.

Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra, telah lama menjadi alat ekspresi kritik sosial terhadap dinamika masyarakat. Karya sastra ini memungkinkan penyair untuk menyampaikan pesan-pesan maknawi dengan cara yang mendalam dan estetis.

Dalam sajian puisinya, Amsakar membawa pesan yang mendalam tentang realitas sosial.

Dalam puisi berjudul ‘Kidung Si Dodoi,’ Amsakar menggambarkan kritik sosial atas kontruksi berbangsa dan bernegara yang disumbangkan oleh berbagai stakeholder mulai dari pemerintah, pengusaha hingga masyarakat.

“Brother, mana ada cerita ikan hendak didahulukan selangkah, mike hendak ditinggikan seranting, mana ada cerita brother,” ujar Amsakar.

Puisi kedua, ‘Sejarah Yang Tak Terbaca,’ menghadirkan gambaran tentang perubahan yang tak terduga dalam kehidupan masyarakat Batam. Amsakar dengan penuh emosi menyampaikan pesan bahwa sejarah dan budaya lokal perlu dihargai dan dilestarikan.

“Melihat kita sedang menuai air mata, dalam sejarah luka kampung tua, bagai Palestina di Gaza. Kita pun kini tak sanggup lagi menyanyi raja doli, tak lagi menari jengger jolok, tak lagi berkidun pak ketipak ketipung,” ucapnya.

Setelah acara, Amsakar menjelaskan bahwa melalui puisi ‘Kidung Si Dodoi,’ ia ingin mengajak masyarakat untuk merenungkan kondisi sosial dan berkontribusi bersama-sama untuk perubahan positif. Ia menyoroti peran berbagai pihak, termasuk pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dalam membangun bangsa yang lebih baik.

“Artinya, saya mengajak masyarakat lewat bait dalam puisi ini untuk melakukan kontemplasi atau perenungan agar perjalanan bangsa ini kita perbaiki bersama-sama ke arah yang lebih positif lagi,” ujarnya.

Baca juga: Amsakar Achmad Dorong HMI Cabang Batam Berperan Kritis

Sementara itu, dalam puisi ‘Sejarah Yang Tak Terbaca’, Amsakar menyebut puisi tersebut menggambarkan tentang apa yang terjadi di Batam saat ini adalah hal yang sama sekali tidak dipikirkan oleh raja-raja Melayu seperti Raja Isa, Raja Ali Kelana, bahwa kehidupuan sosikultural masyarakat Batam ternyata melakukan transformasi yang luar biasa.

“Puisi ini mengingatkan saya dan mengajak para pendengar untuk bersama sama dengan pemerintah dan BP Batam untuk peduli dengan masyarakat tempatan serta menjaga budaya dan sejarah lokal,” ungkapnya.

Amsakar berharap bahwa karya sastra seperti puisi dapat terus memotivasi masyarakat untuk menjalani kehidupan yang seimbang, menggabungkan intelektual, spiritual, dan emosional.

“Puisi menjadi sarana ekspresi emosi yang memperkaya kehidupan manusia. Karena kalau kita hanya bergelut dengan dunia kerja saja, kita seolah-olah dilahirkan untuk menjadi robot,” pungkasnya. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News