PLTU Berau Gunakan Cangkang Sawit Sebagai Bahan Bakar

PLTU Berau
PLTU Berau yang berlokasi di Teluk Bayur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. (ANTARA/HO-PLN)

JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Berau, Kalimantan Timur gunakan cangkang sawit sebagai bahan bakar demi menekan emisi karbon.

Limbah cangkang sawit diyakini mampu menekan emisi karbon, dari proses pembakaran batu bara dengan komposisi perbandingan 5:95 melalui program co-firing biomassa.

“Program co-firing merupakan upaya percepatan target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025, tanpa harus membangun pembangkit baru melainkan dengan melakukan substitusi sebagian batu bara dengan biomassa,” kata General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran (UIKL) Kalimantan, Daniel Eliawardhana dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Minggu (3/4).

Saat ini, PLTU Berau berkapasitas 2×7 megawatt menjadi salah satu pembangkit listrik di Kalimantan yang menerapkan teknologi substitusi biomassa dengan batu bara.

Daniel menjelaskan, pelaksanaan co-firing cangkang sawit dan batu bara di PLTU Berau telah berlangsung sejak Mei 2021, dengan memanfaatkan limbah cangkang sawit lebih dari 500 ton.

Menurutnya, program co-firing tersebut mampu mengurangi penggunaan batu bara pada pembangkit listrik.

Baca juga: PLN Pakai Serbuk Kayu dan Sampah untuk Bahan Bakar PLTU Gantikan Batu Bara

Dalam skala besar dan jangka panjang, akan menurunkan emisi yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU.

“Cangkang sawit memiliki nilai kalori yang lebih tinggi, bila dibandingkan nilai kalori batu bara yang digunakan di PLTU Berau. Sehingga secara teknis program co-firing, juga mendukung dalam peningkatan efisiensi PLTU PLN,” jelas Daniel.

Kemudian dalam menjaga kontinuitas pasokan cangkang sawit, Daniel mengungkapkan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan koperasi dan masyarakat setempat.

Harapannya program co-firing juga membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat Berau, terutama dalam pemanfaatan limbah hasil perkebunan rakyat.

Selain turut meningkatkan kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, co-firing juga berdampak positif kepada pengembangan ekonomi kerakyatan dalam bentuk creating shared value (CSV).

Dimana tercipta peluang lapangan kerja dan bisnis di sektor biomassa, khususnya yang berbasis sampah dan limbah sebagai pengganti bahan bakar fosil pada PLTU.

Sebelumnya, program yang sama telah berhasil diimplementasikan pada lima PLTU lain di Kalimantan, yaitu PLTU Asam-asam di Kalimantan Selatan; PLTU Pulang Pisau di Kalimantan Tengah; lalu PLTU Sintang, PLTU Ketapang, dan PLTU Sanggau ketiganya di Kalimantan Barat.