Batam – Puluhan orang tua siswa dan alumni SMK Sekolah Penerbangan Nasional (SPN) Dirgantara Batam menggelar konferensi pers terkait isu adanya dugaan penganiyaan serta tindak kekerasan di sekolah.
Puluhan orang tua serta alumni SPN Dirgantara Batam itu membawa berbagai poster yang bertuliskan tuntunan.
Salah satu poster bertuliskan “kami alumni SPN Dirgantara Batam membantah berita kekerasan”
Poster lain bertuliskan “kami menolak tuduhan KPAI adanya kekerasan di SPND.” Lalu poster lainnya di pegang orang tua murid bertuliskan “kami orang tua taruna dan Taruni SPND Batam keberatan stetmen KPAI-KPAAD mendiskreditkan SPN”
Heni salah satu orang tua siswa mengatakan, sekolah seperti SPN Dirgantara Batam jarang di Batam karena dianggap dapat menempa dan membentuk karakter anaknya.
“Kita lihat jika tidak punya karakter anak-anak akan bisa terjerumus, seperti korupsi dan menyalahgunakan kewenangannya,” ujar Heni di Batuaji, Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (24/11).
Heni menuturkan, pernyataan KPAI dan KPAD Kota Batam terkait adanya kekerasan di sekolah dibantahnya bersama perwakilan orang tua dan alumni lainnya.
“Memang di sana ada tempat khusus untuk membina anak-anak, kita tidak membantah itu, tetapi mendidik anak di zaman sekarang tidak hanya bisa mendidik dengan suara Tampa tindakan anak anak tidak akan mendengarkan,” ujarnya.
Heni menjelaskan, bangunan yang berbentuk penjara seperti yang disampaikan KPAD Kota Batam sebagai tempat untuk pembinaan bukan tempat penyiksaan seperti yang mencuat di publik beberapa waktu terakhir.
“Itu ada penjara berarti tidak untuk penjara tetapi membentuk anak anak agar melakukan kesalahan agar bisa menyadari kesalahannya,” ujarnya.
Heni bersama perwakilan orang tua siswa dan alumni mendukung keberlangsungan sekolah tersebut.
“Kita keberatan dengan wacana mencabut ijin sekolah tersebut, kami orang tua sepakat tidak setuju,” tambahnya.
Baca Juga: Polda Kepri Sudah Periksa Sembilan Saksi Terkait SMK SPN Dirgantara
Sapri Gunawan oramg tua siswa lainnya mengatakan, KPAI dan KPAD Kota Batam terlalu mendiskriminasikan sekolah tersebut.
“Kita juga bertanya apakah kalau ada tikus di lumbung padi, maka apakah lumbungnya yang dihanguskan atau tikusnya yang kita berantas,” tanyanya.
Sapri menuturkan, selama anaknya bersekolah di situ sangat nyaman dan hingga saat ini tidak pernah mengeluhkan apapun.
“Kami melihat anak kami nyaman bersekolah dan mendapatkan pendidikan di sekolah tersebut,” ujarnya.
Salah seorang alumni SPN Dirgantara, Max Lewis angkatan pertamalulusan tahun 2017 menyampaikan, selama bersekolah tidak pernah melihat dan merasakan kekerasan di sekolah tersebut.
“Kita mendapatkan pendidikan disiplin, mental dan karakter di sekolah,” ujarnya.
Terkait pemberitaan dugaan kekerasan yang saat ini berkembang di masyarakat, menurut Max, itu terlalu berlebihan.
“Saya rasa itu terlalu berlebih-lebihan, karena kalau dibilang penyiksaan dan penganiyaan tidak saya rasakan yang ada malah pembentukan dan latihan yang membentuk mental,” ujarnya
Ia menambahkan, setelah jadi alumni dan sering berkunjung ke sekolah tersebut. Namun, ia tidak pernah melihat tindakan kekerasan di sekolah.