Siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 004 Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), terpaksa belajar lesehan karena kursi dan meja belum ada.
Beberapa murid berbaju kurung keluar dari sebuah gerban SD Negeri 004 Tanjung Uma berlari menghampiri orang tuanya yang sedari tadi menunggu. Sebagian dijemput keluarganya untuk pulang ke rumah, sebagian lagi berjalan kaki bersama teman-temannya. Ada juga sibuk membeli jajanan di depan sekolah.
Seorang murid laki-laki baru saja keluar kelas, ia tak menyebutkan namanya, ia hanya bilang duduk di Kelas VI. Siswa itu dengan santai mengaku mereka belajar di lantai.
“Iya, kami belajar tidak pakai kursi,” kata dia sembari tertawa malu. Ia terlihat biasa saja, takada raut kecewa meski mereka belajar di lantai seharian.
Kondisi itu juga dibenarkan beberapa siswi saat ditemui di depan sekolah itu. Mereka mengatakan hal senada yang diucapkan murid laki-laki tadi. “Iya, memang tak pakai kursi kami belajar, cuma semalam ada kursi sebagian sudah datang,” kata mereka.
Mereka hanya mengakui, takada masalah dengan belajar di lantai. Mereka merasa senang dan tak merasa keberatan karena merak bisa menyender di dinding untuk meluruskan punggung. “Tapi baju kami kadang putih-putih,” kata murid laki-laki itu tertawa senang sembari berpamitan meninggalkan kami.
Berdasarkan data pokok pendidikan (Dapodik), sekolah ini sudah berdiri kurang lebih 40 tahun. Sebanyak 724 siswa tengah mengeyam pendidikan di sekolah itu.
Kabar siswa belajar di lantai heboh dalam beberapa hari terakhir di Kota Batam. Sebab, masih ditemukan siswa belajar tanpa meja dan kursi di kota industri, salah satu julukan Kota Batam.
Kondisi itu tentu menjadi perhatian semua pihak, terutama bagi Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam.
Kepala Disdik Kota Batam, Hendri Arulan tutun langsung meninjau sekolah setelah pemberitaan itu keluar. “Pada saat PPDB [Penerimaan Peserta Didik Baru] tahun 2021 lalu, kita kan di sini ada penambahan daya tampung. Rencana kita hanya menerima dua kelas, tapi karena masyarakat di sini banyak yang siswanya ingin diterima jadi akhirnya kita tambah satu kelas,” kata Hendri Arulan menjelaskan titik masalahnya.
Saat itu sarana prasarana atau mobiler di sekolah memang tidak memadai. Namun, hal itu tak menjadi kendala karena saat itu siswa belajar di rumah menggunakan sistem daring (dalam jaringan) atau online.
“Tidak mungkin di pertengahan Juli 2022 itu, sistem penganggaran Pemko melakukan penambahan di tahun berjalan. Kita anggarkan di tahun 2022 ini. Sudah kita anggarkan, dan harusnya minggu ini kalau tidak minggu depan sudah dikirim,” kata dia.
Hendri membantah mengenai kondisi ini sudah berjalan selama dua tahun. Pasalnya, sejak 2020 lalu, siswa belajar daring. Meski sempat belajar tatap muka di 2021, tapi masih menggunakan sistem 50 persen sehigga takada kendala menganai kursi dan meja.
“Coba pikir, tahun 2021 kan masih Covid. Kan anak-anak belajar online. Kurang pas kalau dibilang sudah dua tahun,” kata dia.
Baca juga: Siswa SD Belajar di Lantai di Batam, Kepsek: Meja dan Bangku Tiba Pekan Ini