ISTANBUL – Presiden Turki Tayyip Erdogan tetap menolak terkait bergabungnya Finlandia dan Swedia menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Erdogan akan melakukan pembicaraan dengan berbicara dengan Finlandia pada Sabtu (21/5), namun tetap mempertahankan penolakannya.
Beberapa hari lalu, banyak pemberitaan Finlandia dan Swedia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO, Rabu (18/5).
Bergabungnya Finlandia-Swedia menjadi keanggotaan NATO menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Erdogan juga mengatakan, ,dia telah membahas masalah ini dengan perdana menteri Belanda pada Jumat (19/5) dan juga akan berbicara dengan Inggris pada Sabtu (21/5).
Namun Erdogan tidak menyebutkan siapa yang akan dia ajak bicara di Finlandia dan Inggris.
“Tentu saja kami akan melanjutkan semua diskusi ini, demi tidak mengganggu diplomasi,” kata Erdogan kepada wartawan, Jumat (20/5).
Turki menuding Swedia dan Finlandia menampung orang-orang yang terkait dengan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), dan pengikut Fethullah Gulen, yang dituduh Ankara mengatur upaya kudeta pada 2016.
Para pemimpin Barat telah menyatakan keyakinannya, bahwa keberatan Ankara tidak akan menjadi penghalang jalan bagi proses aksesi NATO di negara-negara Nordik, tanpa menjelaskan bagaimana posisi Turki dapat diubah.
Erdogan mengkritik Barat karena tidak melihat milisi YPG Kurdi Suriah, sebagai kelompok teroris saat melihat PKK seperti itu dan Turki memandang kedua kelompok itu identik.
“Saat ini ada organisasi teroris di banyak negara Eropa terutama di Jerman, di Belanda, di Swedia, di Finlandia dan di Prancis,” ujar dia.
Erdogan sebelumnya mengatakan, bahwa delegasi Swedia dan Finlandia tidak perlu repot-repot datang ke Ankara untuk meyakinkannya agar menyetujui keanggotaan NATO mereka.
Ia menegaskan bahwa “teroris” harus dikembalikan ke Turki sebelum menyetujui bergabungnya Swedia dan Finlandia ke NATO.
Sumber: Reuters