Banda Aceh – TNI Angkatan Laut berhasil mengevakuasi 120 pengungsi Rohingya setelah beberapa hari terombang-ambing menggunakan kapal di perairan Aceh. Saat ini, para pengungsi telah berada di Kabupaten Aceh Utara, Kamis (30/12) malam.
Kedatangan pengungsi Rohingya itu disambut Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) IOM, Lanal Lhoksuemawe, Kodim 01/03 Aceh Utara, Tim SAR, BPBD Aceh Utara, dan beberapa unsur lainnya.
Protection Associate of UNHCR, Oktina mengapresiasi Pemerintah Indonesia dan daerah yang telah menarik kapal motor berisikan pengungsi etnis Rohingya tersebut ke daratan daerah itu.
“Jadi memang yang harus kita pikirkan sekarang adalah keselamatan jiwa mereka karena sudah lama terombang-ambing di lautan,” kata Oktina, Kamis malam.
Baca juga: Alasan Kemanusiaan, TNI AL Tarik Kapal Pengungsi Rohingya ke Lhokseumawe
Kapal motor yang mengangkut warga etnis Rohingya itu mengalami kerusakan, sehingga berlabuh di Pelabuhan Asean, Kreung Gekeuh sekitar pukul 23.58 WIB, dengan cara ditarik oleh KRI Parang-647 milik TNI Angkatan Laut dari laut lepas.
Saat mendarat, para pengungsi yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan, karena diguyur hujan.
Setelah turun dari kapal, mereka langsung mengikuti serangkaian pemeriksaan kesehatan guna mengantisipasi penyebaran COVID-19, sebelum dievakuasi ke tempat penampungan sementara.
“Informasi awal masih sekitar 120 orang, nanti kita akan lihat dan akan kembali melakukan penghitungan ulang seperti biasanya,” kata dia.
Rencananya, kata Oktina, para pengungsi etnis Rohingya tersebut akan dibawa ke tempat penampungan sementara di Balai Latihan Kerja (BLK) Lhokseumawe.
“Di BLK sudah siap semuanya, dengan air bersih hingga tempat tidur yang layak. Mereka akan mengikuti karantina sesuai protokol kesehatan selama 14 hari,” katanya.
Baca juga: Amnesty International Minta Pemerintah Selamatkan 120 Pengungsi Rohingya di Laut Aceh
Sebelumnya, TNI AL melalui unsurnya, KRI Parang-647, menarik kapal pengungsi etnis Rohingya yang membawa lebih dari 100 orang dari titik ditemukan di 53 NM Bireuen, perairan Aceh menuju Pelabuhan Krueng Geukeuh.
Lokasi pelabuhan ini dipilih mengingat perlunya sarana labuh, sterilisasi lokasi untuk pemeriksaan kesehatan dan penegakan prokes agar tidak terjadi keramaian yang dapat mengganggu proses pemeriksaan kesehatan dan lebih dekat dengan tempat karantina.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono telah memerintahkan unsur dan prajuritnya untuk melaksanakan penarikan setelah ada keputusan dari pemerintah atas dasar kemanusiaan.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono dalam siaran persnya mengatakan penarikan telah dilaksanakan sejak pukul 06.00 WIB setelah kondisi cukup terang dan aman untuk proses pengikatan dan penarikan kapal di tengah ombak laut lepas.
Pemerintah Indonesia atas nama kemanusiaan memutuskan akan menampung pengungsi Rohingya yang terapung-apung di atas kapal di lautan dekat Kabupaten Bireuen.
“Keputusan ini dibuat setelah mempertimbangkan kondisi darurat yang dialami pengungsi di atas kapal tersebut,” kata Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Kemenko Polhukam Irjen Pol Armed Wijaya.